Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kebijakan Kementerian Perdagangan (Kemdag) untuk membuka keran impor gula lebar-lebar tak berdampak pada penurunan harga gula sesuai dengan patokan pemerintah.
Berdasarkan survei pantauan pasar di Kemdag pada awal Februari 2017, harga gula masih berada di kisaran rata-rata Rp 13.860 per kg. Namun, kalau mengecek kondisi rill di lapangan, harga gula masih bertengger di kisaran rata-rata Rp 15.000. Harga gula tersebut tidak berubah sejak beberapa bulan terakhir.
Padahal, pada saat musim lelang gula petani di November 2016, Kemdag telah mematok harga gula di tingkat petani sebesar Rp 10.500 per kg. Dengan menekan harga gula ditingkat petani, Kemdag optimistis, harga jual di pasar berada di kisaran Rp 12.500 per kg sesuai keinginan pemerintah.
Namun yang terjadi hingga saat ini harga gula tidak turun. Sejumlah importir gula malah mendapat keuntungan karena diberikan izin impor gula dalam volume yang besar.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen mengatakan, kebijakan pemerintah ini hanya menguntungkan importir gula, karena mereka bisa menjual gula dengan harga tinggi. Sementara, para petani harus pasrah menerima harga gula yang rendah karena ditekan pemerintah.
"Padahal menurut kami sebenarnya impor gula konsumsi saat ini tidak perlu karena masih ada stok gula sebesar 500.000 ton lagi dari tahun lalu," ujarnya, Senin (13/2).
Soemitro menjelaskan berdasarkan catatan APTRI realisasi produksi gula tahun 2016 mencapai 2,1 juta ton. Kemudian pada 2016, ada impor gula sebesar 1,2 juta ton lebih. Artinya ada 3,3 juta ton pasokan gula pada tahun ini. Kemudian, kebutuhan gula diprediksi sebesar 2,8 juta ton dengan asumsi rata-rata konsumsi gula per penduduk per tahun 11 kg. Dengan demikian masih ada sisa 500.000 ton gula lagi. "Itu pun dihitungnya sisa gula itu per bulan April 2017 nanti, sebab impor tahun lalu itu mulai bulan April," terangnya.
Nah mulai Februari dan Maret ini, sudah ada giling tebu di Sumatra khususnya di Medan, meskipun proyeksi produksinya masih kecil sekitar 20.000 ton. Kemudian akan menyusul giling di Lampung yang volumenya diperkirakan cukup besar karena di Lampung ada banyak Pabrik Gula (PG) swasta dan bulan Mei-Juni sudah memasuki panen raya di Jawa. Dengan demikian, Indonesia sebenarnya tidak kekurangan gula. "Jadi kami minta agar Kemdag tidak lagi membuka keran impor bagi swasta, sebab izin impor 400.000 ton yang terakhir dikeluarkan itu sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan," beber Soemitro.
Padahal izin impor yang sudah diberikan kepada beberapa BUMN seperti Perum Bulog dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) dalam volume yang besar belum mampu menurunkan harga gula. Tapi Kemdag tetap saja memberikan izin impor gula, dan saat ini ke swasta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News