Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengemukakan dalam upaya mengejar target produksi migas di 2030 Indonesia membutuhkan investasi hulu migas senilai US$ 20 miliar hingga US$ 26 miliar per tahun.
Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal mengatakan, seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang masih akan meningkat pihaknya yakin pertumbuhan konsumsi energi khususnya migas masih tetap besar.
“Tren ke depan kebutuhan akan terus meningkat sehingga mau tidak mau kita harus memiliki target untuk mengerek produksi, salah satu tujuannya juga untuk mengurangi current account defisit (CAD),” jelasnya dalam acara sharing session dan edukasi media industri hulu migas di Tangerang Selatan, Selasa (19/7).
Baca Juga: Ada 3 Wilayah Potensial Sumber Migas Non Konvensional, Amerika Makin Lirik Indonesia
Kemal memaparkan, peluang dan potensi migas di Indonesia masih cukup besar. Hal ini tercermin dari masih adanya 68 cekungan lagi yang belum dieksplorasi. Dengan adanya ini, SKK Migas percaya diri membidik target produksi minyak 1 juta barrel per hari dan gas 12 BCFD di 2030 mendatang.
“Tentunya (untuk mencapai target tersebut), tidak bisa dengan cara biasa-biasa aja, kalo biasa aja investasi migas berada di kisaran US$ 10 miliar hingga US$ 15 miliar per tahunnya. Kalau mau mencapai target 2030 itu investasi harus meningkat terus hingga nantinya mencapai US$ 20 miliar hingga US$ 26 miliar per tahun,” paparnya.
Kemal bilang, hulu migas membutuhkan stimulus dan insentif untuk membuka reserve ke depan demi mencapai target.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memaparkan, momentum kenaikan harga migas ini, belum tidak serta merta mendorong kenaikan investasi migas, di mana Investasi Migas baru mencapai US$ 4,8 miliar.
Adapun dalam kegiatan CEO Forum ke-2 tahun 2022, Dwi mengatakan, telah menghasilkan 5 rekomendasi dalam rangka peningkatan kinerja hulu migas nasional untuk mencapai target jangka pendek tahun 2022 dan 2023 maupun target jangka panjang 2030.
Kelima rekomendasi yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, melakukan inventarisasi upaya-upaya jangka pendek (dalam 3 bulan) peningkatan produksi migas (kuantitatif per jenis upaya). Kedua, melakukan pengkajian cost and benefit upaya peningkatan produksi yang massif, agresif dan efisien, serta beberapa dampaknya terhadap produksi.
Baca Juga: Pemerintah Dorong Pembentukan Dana Abadi Migas, Ini Alasannya
Ketiga, melakukan upaya peningkatan produksi, khususnya untuk program Filling The Gap. Keempat, melakukan pendalaman mekanisme EOR (jika dapat diimplementasikan) terkait pemetaan potensi pengembangan baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk variasi jenis chemical yang dapat dipergunakan.
Kelima, menyiapkan WP&B 2023 secara massif, agresif dan efisien sesuai dengan komitmen-komitmen kepada Pemerintah (KKP dll) dan Long Term Planning.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News