kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kemenhub mengkaji subsidi rapid test pada penumpang kereta api


Kamis, 17 September 2020 / 21:59 WIB
Kemenhub mengkaji subsidi rapid test pada penumpang kereta api
ILUSTRASI. Petugas medis melakukan rapid test (tes cepat) Covid-19 kepada calon penumpang di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Tribunnews/Herudin


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengkaji untuk memberikan subsidi rapid test bagi penumpang kereta api.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri  mengatakan, hal ini sebagai salah satu dukungan kepada operator kereta api supaya usahanya tetap dapat berlangsung di tengah pandemi Covid-19.

Menurut Zulfikri, ada beberapa subsidi dari pemerintah kepada operator yang perlu dikaji lebih lanjut. "Kita masih terus diskusikan dengan pada operator, termasuk pemberian subsidi untuk rapid test penumpang KA, ini juga salah satu upaya memberikan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kereta api," kata Zulfikri, Kamis (17/9).

Adapun, dukungan pemerintah kepada operator di masa pandemi seperti pembayaran pengoperasian kereta api perintis pada semester I dan pengalokasian anggaran untuk pembayaran penjagaan aset lintas perintis dan penyesuaian PSO akibat pembatasan penumpang.

Baca Juga: AP I beri diskon biaya rapid test di 8 bandara kelolaannya jadi cuma Rp 85.000

Lebih lanjut Zulfikri pun menyebut, adanya pandmei Covid-19 ini turut berdampak pada jumlah penumpang yang ikut menurun. Menurutnya saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) ditetapkan pertama kali, operasional kereta api dihentikan untuk mencegah penularan di kereta api.

Setelah kereta api beroperasi kembali dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat pun, dan jumlah perjalanan di Agustus ditingkatkan oleh Operator, jumlah penumpang masih sekitar 60.000 atau okupansinya tak melebihi 47%. Bahkan, pada Agustus-September okupansi terus menurun karena jumlah perjalanan semakin banyak ditingkatkan.

"Artinya penambahan jumlah perjalanan tidak bisa mengangkat jumlah penumpang dalam kondisi pandmei sekarang ini," katanya.

Menurutnya hal sama juga terjadi di KRL Jabodetabek. Menurutnya, jumlah okupansi harian merata di bawah 30% sementara kapasitasnya cukup besar. Menurutnya hal ini dikarenakan banyak penumpang yang beralih ke moda transportasi lainnya.

Selanjutnya: Jakarta PSBB lagi, Kemenhub pastikan penumpang pesawat tak perlu SIKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×