Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan melarang impor aspal mulai tahun 2024, sejalan dengan kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas di dalam negeri.
Kementerian Perindustrian pun tengah menyusun peta jalan hilirisasi aspal Buton (asbuton) dengan tujuan mengoptimalkan utilisasi, akses pasar, dan peningkatan kapasitas melalui investasi.
Salah satu wujud hilirisasi tersebut melalui investasi pabrik ekstraksi asbuton menjadi aspal murni dan pengembangan kapasitas pabrik asbuton murni yang diharapkan memiliki kapasitas produksi sebesar 500.000 ton pada tahun 2027 dengan kebutuhan investasi sebesar Rp 4 triliun.
Baca Juga: Punya Potensi Aspal 662 Juta Ton, Jokowi Minta Stop Impor Aspal Dua Tahun Lagi
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengemukakan, pihaknya juga akan memperkuat rantai nilai industri pengolahan silika sebagai bahan baku industri photovoltaic (PV) solar panel dan semikonduktor.
“Rantai nilai industri ini masih ada kekosongan atau belum tersedia industri pada industri hulu dan antara. Oleh karena itu, dibutuhkan peningkatan investasi pada rantai tersebut,” tuturnya dalam siaran pers di situs Kemenperin, Rabu (15/2).
Dalam upaya menumbuhkan industri pengolahan silika, Indonesia memerlukan peningkatan investasi di industri metalurgical-silicon sebesar US$ 300 juta dengan kapasitas produksi 32.000 metrik ton per tahun.
Selanjutnya, dibutuhkan juga investasi di sektor industri polysilicon sebesar US$ 373 juta dengan kapasitas produksi mencapai 6.500 metrik ton per tahun.
Selain itu, kebutuhan investasi di industri ingot monocrytalline dan wafer sebesar US$ 85 juta dengan kapasitas 1 GWP per tahun. Terkait dengan rencana investasi tersebut, pemerintah telah mengusulkan pembatasan ekspor bahan baku mentah silika melalui neraca komoditas serta percepatan investasi industri intermediate.
Agus menambahkan, Kemenperin juga akan memperkuat rantai nilai industri pengolahan ilmenit untuk bahan baku cat atau coating. “Ilmenit merupakan mineral krisis hasil produk samping pengolahan timah, zirkon, dan pasir besi yang mengandung logam sangat berharga, yaitu titanium,” imbuhnya.
Baca Juga: Potensi Aspal di Buton Capai 662 Juta Ton, Jokowi akan Setop Impor Aspal
Untuk mendukung pelaksanaan larangan ekspor bahan mentah termasuk ilmenit pada bulan Juni 2023, menurut Agus, perlu adanya investasi pengolahan ilmenit yang diestimasi mencapai US$ 85,8 juta untuk memproduksi titanium slag dengan kapasitas 33.000 ton per tahun.
Produk tersebut nantinya diolah menjadi TiO white pigment dengan kapasitas 33.000 ton per tahun sebagai produk hilir yang kebutuhan di dalam negeri sedang tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News