kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementerian BUMN masih menggodok skema holding panas bumi


Minggu, 08 Agustus 2021 / 21:17 WIB
Kementerian BUMN masih menggodok skema holding panas bumi


Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hingga kini masih terus menggodok skema holding panas bumi. Rencana pembentukan holding ini bakal melibatkan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Geo Dipa Energy dan PT Perusahaan Listrik Negara Gas & Geothermal (PLN GG). 

Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengungkapkan saat ini pihaknya masih mendiskusikan skema yang bakal digunakan. "Strukturnya masih dibahas," ungkap Pahala kepada Kontan.co.id, Minggu (8/8). 

Dikonfirmasi terpisah, Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan, konsolidasi aset yang tengah berlangsung nantinya memungkinkan perusahaan yang terlibat memiliki saham pada holding panas bumi. "Pertamina dan PLN akan punya saham di holding geothermal ini sesuai dengan jumlah aset yang dimiliki," kata Arya kepada Kontan.co.id, Minggu (8/8). 

Kendati demikian, Arya belum bisa merinci lebih jauh kapan proses konsolidasi aset ini bisa rampung. Sebelumnya, Pahala mengungkapkan, proses pembentukan holding panas bumi sejatinya masih berlangsung hingga saat ini. 

Baca Juga: Ada wacana penggabungan aset panas bumi, begini kata Pertamina Geothermal Energy

"Memang saat ini kelihatan yang paling berpotensi untuk menjadi sebuah (induk) holding tentunya adalah Pertamina Geothermal. Tetapi ini kami diskusikan terus," kata Padahal dalam gelaran Indonesia Green Summit 2021, Senin (26/7). Pahala melanjutkan, penetapan induk holding didasarkan pada rencana pengembangan panas bumi dalam 5 tahun hingga 6 tahun ke depan.

Selain mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas terpasang panas bumi dua kali lipat dari kapasitas terpasang saat ini. Pahala mengungkapkan, pengembangan panas bumi tak hanya menyasar wilayah kerja panas bumi (WKP) baru tetapi juga WKP yang sudah ada. Untuk itu, kebutuhan investasi yang tidak sedikit dinilai bakal dibutuhkan untuk mencapai target yang ada.

Baca Juga: Optimalkan penggunaan panas bumi, PLN dukung pembentukan holding geothermal Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×