Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) menaruh harapan besar pada komoditas kelapa sawit. Sawit dinilai sebagai komoditas nabati yang memiliki prospek lebih baik dibandingkan minyak nabati lainnya.
Untuk itu, Kemtan menyiapkan sawit sebagai produk minyak nabati yang efisien, ramah lingkungan dan menjadi andalan pemerintah.
Direktur Jenderal Perkebunan Kemtan Gamal Nasir mengatakan, sebagai komoditas strategis, produk kelapa sawit kerap menjadi sasaran empuk kampanye negatif di sejumlah negara.
Kelapa sawit kerap dicap sebagai produk yang tidak ramah lingkungan. Padahal, lanjut Gamal, pemerintah telah mendorong perkebunan kelapa sawit dalam negeri kepada prinsip sustainable atau berkelanjutan.
"Padahal pemerintah telah mewajibkan penerapan pengembangan kebun sawit berkelanjutan melalui mandatori Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO)," ujar Gamal, Rabu (15/6).
Gamal menegaskan, Indonesia telah menerapkan sistem ISPO dalam pengembangan perkebunan kelap asawit di Indonesia. Konsep perkebunan yang sustainable ini telah disesuaikan dengan paraturan serta perundang-undangan yang berlaku.
Pasalnya, yang berhak mendapatkan sertifikat ISPO bukan yang hanya menerapkan konsep perkebunan yang sustainable, melainkan juga yang telah menjalankan peraturan yang berlaku di dalam negeri.
Salah satu peraturan pro lingkungan yang telah dikeluarkan pemerintah adalah setiap perusahaan wajib menyisihkan sebagian lahan hak guna usaha untuk dijadikan areal konservasi.
Komoditas kelapa sawit juga tidak hanya telah menerapkan prinsip sustainable tapi juga telah merubah ekonomi masyarakat. Terbukti, masyarakat yang ikut program Perkebunan Inti Rakyat-Transmigrasi (PIR)-Trans kehidupan ekonominya jauh telah berubah jauh lebih baik.
Tidak hanya itu, didalam Undang-undang Perkebunan No.39 Tahun 2014 dan Permentan No.98 Tahun 2013 dijelaskan bahwa perusahaan wajib menyisihkan 20% dari izin usaha perkebunan (IUP) yang dimilikinya untuk diserahkan kepada masyarakat sekitar mejadi petani plasmanya.
Tujuannya, agar masyarakat sekitar untuk merasakan atau menjadi bagian dari perkebunan kelapa sawit yang dibangun oleh perusahaan.
“Akibatnya, dengan berkembangnya komoditas kelapa sawit maka masyarakat pun jua ikut berkebambang,” ucap Gamal.
Melihat fakta dan data tersebut maka tidaklah heran jika komoditas kelapa sawit selalu diberitakan negatif oleh sejumlah LSM yang diduga telah ditunggangi oleh negara asing.
Hal ini karena dikahwatirkan komoditas kelapa sawit bisa menggeser komoditas minya nabati lainnya seperti minyak kedelai, bungan matahari, rapeseed ataupun lainnya.
Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), Tungkot Sipayung.
Ia mengatakan, kelapa sawit adalah komoditas yang paling sustain dan efisien, bahkan telah banyak membuat gerah pihak lain. Apalagi, tidak semua negara memiliki kesempatan seperti Indonesia mengembangkan kelapa sawit secara besar-besaran.
Melihat hal ini, pemerintah berharap bersama pihak swasta melakukan lebih banyak upaya tidak saja meng-counter pemberitaan miring terhadap kelapa sawit Indonesia, namun juga meningkatkan posisi tawarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News