Reporter: Muhammad Yazid |
JAKARTA. Meskipun kalangan importir dan distributor daging sapi terus berteriak lantang karena mahalnya harga daging dan semakin menipisnya pasokan, pemerintah tampaknya masih tetap tenang. Bahkan, pemerintah berani memastikan dalam beberapa bulan ke depan, pasokan daging sapi baik untuk DKI Jakarta maupun darah sekitarnya masih aman.
Syukur Iwantoro, Direktur Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian, mengatakan, pihaknya telah meninjau ketersediaan pasokan daging sapi untuk DKI Jakarta pada pekan lalu. Hasilnya, stok daging sapi masih dapat memenuhi kebutuhan pengusaha hingga Juli mendatang.
Ia menjelaskan, semester I lalu pihaknya mendatangkan pasokan daging sapi impor sebanyak 20.600 ton, dan sapi bakalan impor sebanyak 60.000 ekor. "Hingga saat ini, stok daging sapi beku di sejumlah gudang importir masih ada sekitar 8.000 ton dan sapi bakalan sekitar 35.000 ekor," kata dia kepada KONTAN, Rabu (4/4).
Dengan masih tersedianya pasokan tersebut, pemerintah memastikan kebutuhan daging sapi masih bisa terpenuhi. Apalagi ditambah dengan pasokan sapi lokal yang dimiliki oleh para peternak di Jawa dan Nusa Tenggara.
Selain itu, khusus untuk sapi bakalan impor, pemerintah pada kuartal II ini juga akan mendatangkan sapi bakalan impor sebanyak 125.000 ekor. Sementara pada tahun ini sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga sudah memulai membuka peternakan sapi lokal untuk mendukung program swasembada sapi.
Syukur mencontohkan, PT Perkebunan Nusantara VI mulai menggemukkan sapi lokal pada bulan ini dengan jumlah sebanyak 3.000 ekor. Demikian juga dengan PT Berdikari yang akan mengembangkan industri bibit sapi dengan populasi sebanyak 12.000 ekor.
Seperti diketahui, harga daging sapi di tingkat eceran pada pekan ini telah mencapai Rp 79.500 per kg atau naik 22,2% dari harga normal yang mencapai Rp 65.000 per kg. Padahal, kenaikan harga sebesar itu, biasanya hanya terjadi ketika menjelang lebaran dan perayaan tahun baru.
Sarman Simanjorang, Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (Hippi) DKI Jakarta sekaligus Ketua Komite Daging Sapi Indonesia mengatakan, semakin tingginya harga daging tersebut lantaran pasokan daging semakin menipis. "Hal itu bisa terjadi karena pengurangan kuota daging impor dan pemerintah sendiri tidak mampu menggantikan pasokan sapi lokal," imbuhnya.
Dia menuding, ketersediaan sapi lokal yang disebut pemerintah sebanyak 14,8 juta ekor hanyalah sebatas data dan tidak dapat dibuktikan di lapangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News