kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.535   -35,00   -0,21%
  • IDX 7.059   79,06   1,13%
  • KOMPAS100 1.024   12,18   1,20%
  • LQ45 798   11,34   1,44%
  • ISSI 222   1,58   0,72%
  • IDX30 416   6,84   1,67%
  • IDXHIDIV20 491   8,63   1,79%
  • IDX80 115   1,37   1,20%
  • IDXV30 117   0,85   0,73%
  • IDXQ30 136   2,16   1,62%

Kenaikan elpiji nonsubsidi tunggu Lebaran


Senin, 18 Juli 2011 / 18:35 WIB
Kenaikan elpiji nonsubsidi tunggu Lebaran
ILUSTRASI. MPV Mewah kian murah, harga mobil bekas Honda Odyssey kini mulai Rp 110 juta


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Adi Wikanto

JAKARTA. Kabar gembira bagi konsumen gas elpiji nonsubsidi alias yang berukuran 50 kilogram (kg) karena rencana kenaikan harga tertunda. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan PT Pertamina (Persero) masih berunding soal kenaikan harga elpiji nonsubsidi. Pemerintah memastikan, harga gas elpiji itu masih tetap hingga perayaan Lebaran nanti.

Evita Herawati Legowo, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, mengaku, belum ada keputusan apapun terkait rencana kenaikan harga gas elpiji. Memang, awalnya Pertamina akan menaikkan harga gas itu bila pemerintah tidak mau mengganti kerugian atas penjualan elpiji non subsidi. Kerugian itu timbul karena harga jual gas elpiji 50 kg di bawah harga keekonomian. "Kita masih lihat lagi apa boleh itu dilakukan," ujar Evita, Senin (18/7).

Selain itu, pemerintah masih harus melihat apakah kenaikan harga elpiji non subsidi itu benar-benar mendesak atau tidak. "Harapannya setelah lebaran sudah ada keputusannya," ujar Evita.

M. Afdal, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan, Pertamina juga masih menunggu keputusan dari pemegang saham. Namun, manajemen Pertamina berharap pemerintah memiliki mekanisme untuk ganti rugi tersebut. "Kita ingin pemerintah mengganti rugi 100% supaya BEP. Jadi kami tidak rugi dan tidak juga untung," kata Afdal.

Afdal menambahkan, Pertamina memiliki beberapa skenario terkait dengan kenaikan harga elpiji. Salah satunya, langsung menaikkan hingga harga keekonomian atau menaikkannya secara bertahap sebesar Rp 1.000 per kg-Rp 2000 per kg. "Jadi, Pertamina tidak untung ataupun rugi," lanjut Afdal.

Menurut Afdal, cara ini adalah yang paling efektif. Terlebih lagi, selama ini yang menggunakan elpiji 50 kg itu adalah kalangan industri seperti restoran, hotel, dan industri yang lain. Artinya, industri malah yang mendapatkan subsidi.

Asal tau saja, Pertamina selalu menderita rugi penjualan elpiji 12 kg dan 50 kg. Tahun lalu, Pertamina rugi Rp 3,2 triliun. Tahun ini diperkirakan kerugian Pertamina mencapai Rp 3,6 triliun. Kerugian ini mampu menggerus laba Pertamina.

Pada awal Juli ini, seharusnya Pertamina menaikkan harga jual elpiji 50 kg sebesar 10%. Namun, rencana ini belum mendapat persetujuan Kementrian ESDM. Padahal perusahaan migas plat merah itu, sudah mendapatkan persetujuan Kementrian BUMN sebagai pemegang saham. Walhasil, kenaikan elpiji 50 kg itu ditunda hingga waktu yang belum bisa ditentukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×