Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen baja, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP), menandatangani perjanjian pembiayaan hingga US$ 60 juta atau setara Rp 924 miliar (acuan kurs Rp 15.400 per dollar AS) dengan International Finance Corporation (IFC). Ini adalah investasi pertama IFC di sektor baja Asia dalam lebih dari satu dekade.
Kemitraan antara Gunung Raja Paksi dan IFC, lembaga pembangunan terbesar di dunia yang berfokus pada sektor swasta di negara-negara berkembang, akan membantu perusahaan dalam meningkatkan produksi baja rendah karbon berkualitas tinggi di pabrik seluas 200 hektarE (Ha) di Jawa Barat.
Pabrik ini akan menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata global.
Selain pinjaman ini, IFC juga telah menandatangani Advisory Engagement Letter dengan Gunung Raja Paksi untuk membantu mengembangkan dan menerapkan strategi dekarbonisasi serta mendukung upaya emiten tersebut mengurangi emisi gas rumah kaca yang sejalan dengan standar internasional.
Dukungan ini mencakup menjajaki berbagai opsi pendanaan untuk mendukung keputusan Gunung Raja Paksi menonaktifkan Blast Furnace yang baru dibangun namun belum pernah dioperasikan, serta meningkatkan efisiensi energi teknologi EAF dan menilai opsi dan teknologi proses hilir yang baru.
Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Optimistis Kinerja Membaik di Semester II-2024
Sebagai catatan, permintaan baja global diperkirakan akan meningkat 30% pada tahun 2050 dan sebagian besar dari peningkatan tersebut akan dipenuhi oleh Asia. Produksi baja Indonesia sendiri telah meningkat lebih dari 90% sejak tahun 2019 dan diperkirakan akan terus meningkat tahun ini.
Oleh karena itu, investasi IFC di Gunung Raja Paksi datang pada waktu yang tepat, seiring dengan ambisi Indonesia untuk menjadi produsen baja global dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. Investasi ini juga membantu Gunung Raja Paksi mencapai target mereka untuk emisi nol bersih pada tahun 2050.
Industri baja adalah salah satu penyumbang terbesar terhadap krisis iklim global, karena bertanggung jawab atas 8% emisi gas rumah kaca dunia. Jika tidak ditangani, sektor ini bisa menghabiskan seperempat dari anggaran karbon dunia untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius pada tahun 2050.
Gunung Raja Paksi sendiri telah menggunakan teknologi produksi baja rendah karbon (EAF) sejak tahun 2016, sehingga menjadikannya salah satu produsen baja rendah karbon paling berpengalaman dan maju di Asia.
Walaupun beberapa produsen lain kini menggunakan EAF, Gunung Raja Paksi adalah satu-satunya pabrik terintegrasi dari hulu ke hilir di Asia yang menggunakan baja rendah karbon.
Kimin Tanoto, Chairman of Executive Committee Gunung Raja Paksi mengatakan, melalui kemitraan dengan IFC, Gunung Raja Paksi akan terus menetapkan standar baru untuk dekarbonisasi produksi baja di Asia. Investasi penting ini mengakui kepemimpinan awal Gunung Raja Paksi sebagai salah satu produsen baja rendah karbon pertama di Asia.
Menurutnya, industri baja sangat penting bagi kemakmuran Asia dan dunia, tetapi perusahaan harus cepat melakukan dekarbonisasi untuk mempertahankan kemakmuran ini bagi generasi mendatang.
"Jika perusahaan baja tidak beradaptasi dengan transisi hijau, aset mereka bisa menjadi tidak bernilai. Keberlanjutan selalu menjadi panduan perusahaan ke depan," ujar dia dalam siaran pers yang diterima Kontan, Jumat (6/9) malam.
Investasi senilai US$ 60 juta dari IFC juga akan membantu memperkuat kasus bisnis baja rendah karbon di seluruh dunia, termasuk mengeksplorasi produk baja bernilai tinggi yang sesuai dengan teknologi EAF Gunung Raja Paksi dan bisa diterapkan di seluruh industri baja global.
Euan Marshall, IFC Country Manager untuk Indonesia dan Timor Leste menambahkan, kemitraan IFC dengan Gunung Raja Paksi adalah langkah besar dalam mendukung dekarbonisasi industri di Indonesia, dan ini menandai investasi baja pertama IFC di Asia dalam lebih dari satu dekade.
"Kami senang bisa memberikan dukungan investasi dan konsultasi untuk membantu Gunung Raja Paksi mengembangkan bisnis yang berkelanjutan secara komersial dan lingkungan," imbuh dia.
Baca Juga: Gunung Raja Paksi (GGRP) Sebut Kebijakan Anti Karbon Akan Berpengaruh Terhadap Ekspor
Gunung Raja Paksi berencana memanfaatkan kemitraan dengan IFC untuk meningkatkan daya saing mereka dalam mengekspor baja rendah karbon ke Uni Eropa, dibandingkan produsen baja tradisional.
Selain itu, Gunung Raja Paksi juga ingin mengeksplorasi peluang baru untuk menggantikan baja impor di Indonesia yang dihasilkan dari negara-negara dengan emisi karbon dioksida (CO2) per ton yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja rendah karbon perusahaan.
Kelvin Fu, Chief Transformation Officer Gunung Raja Paksi menyebut, pengumuman kemitraan dengan IFC adalah pengakuan kuat atas visi Gunung Raja Paksi untuk merevolusi industri baja, tidak hanya di Asia tapi juga di dunia.
Pihaknya bangga bahwa kemitraan ini memperkuat kemampuan Indonesia untuk memproduksi baja rendah karbon, mengeksplorasi peluang pasar baru, terutama di Eropa, dan memastikan posisi Gunung Raja Paksi sebagai pemain utama dalam masa depan ekonomi dan lingkungan Indonesia.
"Dengan teknologi canggih dan aliansi strategis, kami tidak hanya memenuhi standar lingkungan global, tetapi juga melampauinya," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News