Reporter: Agatha Claudia Pascal, Mila Sari | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Perubahan pola belanja masyarakat yang mulai beralih ke e-commerce atau ke toko daring saat ini sedikit demi sedikit berimbas kepada beberapa pusat perbelanjaan. Mal tampak lebih sepi dari pengunjung ketimbang sebelumnya.
Berkurangnya pengunjung otomatis berdampak pada tergerusnya omzet pendapatan bagi pedagang maupun pengelola pusat perbelanjaan yang menyewakan toko. Pendapatan sewa toko melemah karena peritel tidak memperpanjang sewa akibat tutup.
Olivia Surodjo, Direktur Keuangan PT Metropolitan Land Tbk, mengakui memang ada peralihan cara membeli dari konsumen saat ini. Peralihan sebagian consumer ke pembelian online. Sekarang online shop sudah mulai marak, katanya kepada KONTAN, Kamis (21/9).
Efek perpindahan konsumen dari mal ke penjualan online juga terekam dari turunnya konsumsi listrik di sektor ritel tersebut.
Berdasarkan data PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), pertumbuhan penjualan listrik pada 2017 ini melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sejak Januari-Agustus 2017, penjualan listrik hanya tumbuh 2,8%.
Dari survei pihak ketiga PLN pun memperlihatkan terjadi penurunan konsumsi setrum di pusat perbelanjaan sebesar 1,58%. Senayan City, dan Gandaria City tercatat mengurangi konsumsi listriknya. Tak hanya itu, ada juga pengaruh daya beli dan kondisi ekonomi yang masih stagnan. Imbasnya, pengelola mal mengurangi pemakaian listrik mereka.
Menghemat energi
Sejatinya banyak faktor yang menyebabkan penyerapan listrik di sektor bisnis ritel melemah. Selain tekanan daya beli, kebijakan efisiensi yang diberlakukan pengelola mal untuk menekan beban operasional gedung yang semakin mahal. Ini tentunya memberatkan ketika pendapatan mal seret.
Meski demikian, PT Pakuwon Jati Tbk yang mengelola pusat perbelanjaan moderen Gandaria City menampik apabila penurunan konsumsi dampak dari berkurangnya pengunjung. Ivy Wong, Direktur Pakuwon Jati menyebut temuan survei tersebut baru asumsi saja. "Ini data rasanya tidak ada dasarnya yang akurat. Hanya asumsi," ujarnya kepada KONTAN Rabu (20/9).
Tulus Santoso, Direktur Ciputra Group, mengakui, memang ada opsi pengurangan penggunaan listrik di pusat perbelanjaan yang dikelola perusahaan tersebut. "Mengurangi konsumsi listrik 5%-10%," sebutnya.
Tapi Tulus buru-buru meluruskan, pengurangan pemakaian listrik tersebut bukan semata-mata mall sepi melainkan kepentingan hemat energi. Buktinya, pengelola mengganti penerangan dengan lampu hemat energi dan ramah lingkungan, seperti lampu LED.
Berbeda dengan Metropolitan Mall Cileungsi yang mencatat kenaikan penggunaan listrik, meski tidak begitu besar. Menurut Olivia, dengan bertambahnya ruang yang disewa, penggunaan daya listrik naik. "Tambahan daya listrik ini tetap ada, tapi tidak signifikan. Sesuai penambahan okupansi, ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News