Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Kendati infrastruktur keuangan semakin membaik dan cashless society terus digalakkan, nyatanya industri ritel masih didominasi dengan transaksi tunai.
Keluarnya aturan BI mengenai double swap tidak terlalu berpengaruh, pasalnya penggunaan kartu debit atau kredit dalam pembelanjaan ritel hanya terjadi di beberapa kota yang cashless society-nya sudah terbentuk.
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) penggunaan non tunai banyak dilakukan di wilayah Barat Indonesia.
Roy N Mandey, Ketua Umum Aprindo mengatakan sebanyak 60% lebih menggunakan transaksi non tunai, sedangkan di wilayah tengah hingga timur menggunakan transaksi tunai. Oleh karena itu, aturan BI no.18/40/PBI/2016 mengenai aturan double swap bakal disosialisasikan kepada peritel yang memilii gerai di bagian barat.
Sedangkan menurut data Aprindo hanya ada dua wilayah di Indonesia yang mengalami penurunan yang keduanya terletak di bagian barat yakni Sumatera Utara dan Jabodetabek yang secara penjualan justru minus 1,5%.
Joseph V Buntaran, Presiden Direktur Lotte Mart mengatakan bahwa saat ini konsumennya masih menyukai transaksi tunai dibandingkan transaksi non tunai, apalagi di beberapa gerai miliknya memang lebih mengedepankan transaksi tunai.
Baik di konsep Lotter Grosir maupun Lottemart keduanya masih mayoritas transaksi menggunakan tunai. “ Di Lotte Grosir hampir keseluruhan (transaksi) tunai, Lotte Grosir konsepnya tunai. Kalau Lottemart itu 60% tunai sisanya kartu kredit,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (13/9).
Senada, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) juga mengatakan penggunaan transaksi non tunai di gerai-gerai miliknya sangat minim. Bahkan porsinya jauh lebih kecil dibandingkan porsi yang dimiliki peritel lainnya yang sudah mencapai di atas 30%, bahkan porsinya lebih rendah dari 10%.
“(3-5%) Itu data konsumen yang menggunakan non cash, sisanya 95-97% konsumen AMRT pakai tunai,” ujar Nur Rahman, GM Corporate Communications AMRT.
Sedangkan PT GS Retail Indonesia justru memiliki prefensi berbeda, dari kedua gerai yang dimilikinya saat ini memiliki data transaksi yang berbeda.
Hal ini karena dua gerai tersebut menyasar segmen yang tidak sama, untuk gerai di Legenda Wisata Cibubur perusahaan mengaku transaksi justru didominasi oleh transaksi non tunai. Sedangkan untuk gerai di Jatiasih Bekasi, penggunaan tunai masih sangat mendominasi transaksi.
“Kalau di Legenda itu non tunai, tetapi kalau yang di Jatiasih kebanyakan tunai. Karena beda lifestyle, di Legenda Wisata itu lebih dari 61% menggunakan non tunai,” ujar Koo In Hoo, Direktur PT GS Retail Indonesia kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News