kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kian Lincah, Pertamina Agresif Lakukan Ekspansi Tahun 2023


Jumat, 08 September 2023 / 19:58 WIB
Kian Lincah, Pertamina Agresif Lakukan Ekspansi Tahun 2023
ILUSTRASI. PT Pertamina kian agresif melakukan ekspansi pada tahun 2023.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina kian agresif melakukan ekspansi pada tahun 2023.

PT Pertamina menganggarkan setidaknya US$ 5,7 miliar pada tahun ini. anggaran investasi pada tahun ini pun meningkat sebesar 44% dari realisasi tahun 2022 yang sebesar US$ 3,2 miliar.

Berbagai upaya pengembangan bisnis dilakukan Pertamina baik dari sisi hulu migas, hingga sektor energi baru terbarukan (EBT) termasuk panas bumi. Ekspansi perusahaan migas pelat merah ini tak hanya menyasar proyek-proyek dalam negeri namun juga proyek luar negeri.

Dari sisi hulu migas, selain aktif dalam berbagai lelang blok migas, Pertamina bersama Petronas baru saja mengakuisisi 35% saham Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS) di Blok Masela.

Baca Juga: Pertamina Geothermal (PGEO) Tertarik Beli Unit Bisnis Panas Bumi KS Orka US$ 1 Miliar

Pertamina dan Petronas disebut merogoh kocek hingga US$ 325 juta atau setara setara Rp 4,87 triliun (Kurs Rp 15.000/USD) dalam bentuk tunai dengan tambahan jumlah kontingen sebesar US$ 325 juta atau Rp 4,87 triliun yang harus dibayarkan saat keputusan investasi akhir (FID) diambil pada proyek gas Abadi. 

Menurut perhitungan Kontan.co.id, maka total yang harus dibayarkan Pertamina dan Petronas senilai US$ 650 juta atau setara Rp 9,74 triliun. 

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, berbagai upaya peningkatan produksi hulu migas terus dilakukan Pertamina.

"Demi menjaga suplai, tidak bisa hanya dihilir. Kami juga harus menjaga produksi hulu agar pasokan minyak mentah di kilang mencukupi," kata Nicke dalam Rapat Kordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2023 bersama Kementerian Dalam Negeri, awal pekan ini.

Asal tahu saja, upaya peningkatan produksi migas dari sektor hulu turut dilakukan Pertamina dengan mengoptimalkan aset migas di luar negeri.

Kontan mencatat, Pertamina telah memiliki aset lapangan migas luar negeri yang tersebar di 13 negara yaitu Aljazair, Malaysia, Irak, Kanada, Prancis, Italia, Namibia, Tanzania, Gabon, Nigeria, Kolombia, Angola dan Venezuela per Agustus 2021. 

Terbaru, Pertamina kian mengokohkan posisinya pada investasi energi di Afrika.

Pada akhir Agustus 2023, Presiden Joko Widodo bersama Pertamina Group melakukan kunjungan ke empat negara Afrika yaitu kenya, Tanzania, Mozambik dan Afrika Selatan.

Nicke menjelaskan, ertamina membawa beberapa inisiasi kerjasama di bidang hulu, midstream, hilir dan panas bumi (geothermal) ke Afrika. Pada periode kunjungan ini, Pertamina melakukan empat penandatanganan komitmen di 4 negara Afrika. 

Baca Juga: Pertamina Lubricants Perkuat Penjualan Pelumas ke Kawasan Afrika

Di Kenya, terdapat 2 kerjasama yang terjalin yakni dengan Africa Geothermal International Limited (AGIL) serta National Oil Corporation of Kenya (NOCK). Penandatanganan dilakukan Pertamina melalui anak usaha subholding Pertamina NRE PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan anak usaha subholding Pertamina Upstream PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP).

“Spirit bring the barrel home, footprint Pertamina di sektor hulu untuk meningkatkan produksi, agar bisa diolah di kilang milik Pertamina di dalam negeri, untuk meningkatkan ketahanan energi nasional kita,” imbuh Nicke.

Sementara itu, di Tanzania, Pertamina melakukan Nota Kesepahaman (Memo of Understanding/MoU) dengan Tanzania Petroleum Development Company (TPDC), di bidang eksplorasi dan produksi hulu serta hilir migas di wilayah Tanzania. Penandatanganan dilakukan depan kedua pemimpin negara, Presiden Joko Widodo dan Presiden Tanzania Samia Suluhu. Disini, Presiden Jokowi juga meminta Pertamina untuk masuk ke dalam pengelolaan Blok Gas Mnazi Bay dan pengolahan gas alam menjadi bahan kimia dan pupuk.

Sedangkan di Mozambik, PIEP juga menandatangani MoU dengan Buzi Hydrocarbons Pte. Ltd. (BHPL) untuk mengkaji potensi di sektor migas mulai upstream, midstream, downstream, hingga pembangkit listrik tenaga gas. 

Sebelum kunjungan ini berlangsung, Pertamina juga telah menandatangani MoU dengan GUMA untuk wilayah kerjasama Kenya, Afrika Selatan dan Republik Demokratik Kongo. Komitmen itu terkait kerja sama pengembangan dan optimalisasi pipa gas, pengembangan pembangkit listrik tenaga gas, serta pengembangan fasilitas ekspor listrik ke Afrika Selatan.

Secara khusus dari sektor EBT, Pertamina melalui Pertamina New Renewable Energy (NRE) menjajaki sejumlah peluang kerjasama energi bersih di Afrika. Khusus untuk Afrika Selatan potensi tenaga surya mencapai 100 MW.

Dikonfirmasi terpisah, CEO Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) Dannif Danusaputro mengungkapkan, pihaknya kini tengah melanjutkan proses diskusi dengan pihak-pihak terkait.

"Kita masih diskusikan, tidak cuma EBT tapi juga emisi rendah karbon," kata Dannif ditemui selepas Acara Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 di Jakarta, Jumat (8/9).

Meski demikian, Dannif belum bisa merinci lebih detail soal timeline kerjasama ini. Yang terang, pihaknya membuka peluang untuk menggandeng mitra lokal dalam kerja sama di Afrika.

Adapun, dari sisi panas bumi, T Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), salah satu unit usaha PT Pertamina, sedang dalam pembicaraan lanjutan untuk membeli unit panas bumi milik KS Orka Renewables senilai hingga US$ 1 miliar. Demikian diungkap dua sumber Reuters yang mengetahui masalah tersebut. 

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik, Defisit Anggaran Bisa Semakin Melebar

Kesepakatan bisa ditandatangani sebelum akhir tahun ini jika negosiasi untuk membeli PT Sorik Marapi Geothermal Power berhasil diselesaikan. Namun, salah satu sumber Reuters menambahkan, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang pasti.

Pengembang panas bumi KS Orka awal tahun ini menunjuk DBS untuk menjajaki penjualan Sorik Marapi, kata sumber Reuters menolak disebutkan namanya.

Menanggapi berbagai langkah ekspansif Pertamina, Pengamat BUMN Toto Pranoto mengungkapkan, Pertamina sebagai National Oil Company (NOC) memang diharapkan dapat menjadi motor penggerak lifting migas nasional.

Mininya lifting migas dalam negeri dinilai menjadi salah satu pendorong tepat untuk melirik peluang di luar negeri.

"Realisasi lifting stagnan karena eksplorasi dan eksploitasi di domestik semakin menurun. Maka perlu dicari sumber migas lainnya di luar negeri," terang Toto.

Toto menambahkan, dari lini bisnis panas bumi, langkah ekspansi PGEO dinilai perlu dipertimbangkan kembali,

Menurutnya, PGEO sebaiknya fokus pada pengembangan aset eksisting terlebih dahulu.

"Seluruh (aset) belum digarap optimal. Meskipun peluang pengembangan bisnis green energi akan semakin besar ke depan," pungkas Toto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×