Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kinerja perusahaan angkutan jasa pelayaran PT Logindo Samudramakmur Tbk tahun 2016 lunglai. Malahan, bottom line perusahaan ini merah karena mencatatkan rugi bersih US$ 20,96 juta. Padahal tahun 2015 lalu, perusahaan itu masih mencetak laba bersih US$ 49.293.
Selain pendapatan tahun 2016 yang turun 31,02% menjadi US$ 32,51 juta, pos beban operasional lain menjadi variabel pemberat kinerja Logindo. Tercatat, beban operasional lain menggemuk dari tahun 2015 sebesar US$ 55.545, menjadi US$ 10,48 juta.
Direktur Keuangan PT Logindo Samudramakmur Sundap Carulli mengakui hal itu. "Angka tersebut (peningkatan beban operasional lain) merupakan cadangan penurunan nilai kapal yang harus kami masukkan sesuai PSAK (Pernyataan Standar Akutansi Keuangan)," terangnya, kepada KONTAN, Rabu (8/3).
Menurut catatan Logindo, kinerja mereka seret sejak tahun 2014, karena harga minyak dunia mulai turun. Efeknya, sejumlah penyewa alias tenant kapal mengurangi investasi dan kegiatan eksplorasi minyak bumi.
Dalam kondisi seperti itu, tenant kapal kemudian menegosiasikan kontrak. Alhasil, sejak tahun 2015 Logindo mengkorting tarif sewa kapal. Buntutnya, pendapatan perusahaan yang tercatat dengan kode saham LEAD di Bursa Efek Indonesia itu terpangkas sekitar 30% per tahun, dalam dua tahun terakhir.
Tahun ini, Logindo melihat peluang industri minyak dan gas (migas) bergeliat pada semester II. "Apabila harga minyak naik ke level US$ 60 per barel, investor akan kembali masuk ke bisnis minyak dan melakukan pengeboran karena harga minyak akan menutup biaya operasional," ujar Sundap.
Sejauh ini utilisasi kapal Logindo antara 40%-60%. Total jenderal, perusahaan ini memiliki 59 kapal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News