Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Edy Can
Setelah sukses mendirikan Tunjungan Plaza sebagai pusat belanja pertama di Surabaya, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) merambah bisnis properti. Tak cuma di Surabaya, tapi juga di Jakarta dengan dua proyek superblok yakni Gandaria City dan Kota Kasablanka. Ke depan, Pakuwon akan memfokuskan bisnisnya di dua kota terbesar ini.
Berawal dari Kota Pahlawan, Surabaya, PT Pakuwon Jati Tbk kini tercatat sebagai salah satu perusahaan properti terbesar di tanah air. Perusahaan dengan kode saham PWON ini tercatat sebagai salah satu perusahaan properti yang memiliki areal pusat belanja terluas di Indonesia.
Dari empat mal yang dikelola Pakuwon, secara total perusahaan ini sudah memiliki areal pusat belanja yang disewakan sekitar 333.000 m². Empat mal tersebut adalah Tunjungan Plaza dan Pakuwon City yang berada di Surabaya, dan Gandaria City serta Kota Kasablanka di kota metropolita Jakarta.
Dari keempat pusat belanja tersebut, kiprah Pakuwon bermula di Jalan Basuki Rahmat, salah satu jalan di jantung kota Surabaya. Malah boleh disebut, Pakuwon merupakan salah satu perintis pusat belanja di kota buaya.
Di areal inilah Pakuwon mendirikan proyek properti pertama yakni Tunjungan Plaza pada tahun 1986.Tadinya, di atas lahan yang tidak terlalu luas tersebut berdiri gedung bioskop. "Kami mengembangkan lahan milik Komisaris Utama Pakuwon yakni Bapak Alexander Tedja yang dulunya dipakai sebagai gedung bioskop," kata Ivy Wong, Direktur Pengembangan Bisnis PT Pakuwon Jati yang mengaku tidak ingat luas pasti lahan tersebut. Adapun Alexander Tedja sendiri adalah pemilik dari Pakuwon Jati.
Alasan Pakuwon Jati membangun mal di kota terbesar kedua di Indonesia tersebut sebenarnya sederhana saja. Pada saat itu, kota Surabaya belum punya pusat belanja modern yang bisa mengakomodasi kelas menengah dan menengah atas. "Dulu, orang kaya Surabaya kalau mau belanja harus jauh-jauh ke Jakarta terlebih dahulu," ujar Ivy.
Saat beroperasi, Tunjungan Plaza menjadi mal pertama sekaligus ikon baru kota Surabaya. Mal ini pun menjadi tempat tujuan warga Surabaya bahkan kota-kota lain di Jawa Timur.
Melihat respon yang positif ini, Pakuwon mulai mengembangkan pusat belanja ini. Tunjungan Plaza terus diperluas hingga Tunjungan Plaza IV dengan luas area yang bisa disewakan secara keseluruhan mencapai 113.000 m². Sejumlah penyewa utama (tenant anchor) yang punya nama menjadi penyewa salah satu mal terbesar di Surabaya ini. Sebut saja Sogo Department Store, Matahari Department Store, Hero Supermarket, Ace Hardware, Informa Home Furnishings, Toys Kingdom, serta Cinema XXI.
Bukan hanya mal, Pakuwon Jati kemudian melengkapi Tunjungan Plaza dengan kondominium, gedung perkantoran, dan hotel bintang lima yang dioperasikan oleh Sheraton. Tunjungan Plaza kini sudah berubah menjadi superblok Tunjungan City dengan luas lahan secara keseluruhan mencapai 7,4 hektare.
Tidak puas hanya menggarap proyek properti di Surabaya, Pakuwon Jati mulai melebarkan sayap bisnisnya ke Jakarta. Selain Surabaya, Pakuwon nilai Jakarta juga punya potensi pasar properti yang juga prospektif. Tahun 2007, mereka masuk ke Jakarta dengan melakukan penyertaan saham di PT Artisan Wahyu, pengembang superblok Gandaria City di Jakarta.
Sambil menyelesaikan proyek Gandaria City, Pakuwon ternyata tidak berhenti sampai di Tunjungan Plaza saja. Justru satu tahun kemudian, 2008, mereka mengembangkan proyek yang lebih luas lagi di Surabaya, tepatnya di Subaraya Timur, yakni Pakuwon City. Ini adalah proyek kota mandiri terpadu yang ada proyek komersial, hunian dan sarana sosial lainnya seperti pendidikan dan rumah sakit.
Langkah Pakuwon mendirikan Pakuwon City ini sekaligus untuk mengubah konsep bisnis Pakuwon yang tadinya lebih berkutat sebagai pengelola pusat belanja dan proyek gedung tinggi menjadi perusahaan properti terpadu. Dimana Pakuwon mulai merambah proyek residensial.
Tahun 2011, Pakuwon kembali berekspansi ke Jakarta. Kali ini dengan mengakuisisi saham PT Elite Prima Hutama, pengembang superblok Kota Kasablanka di Jakarta.
Kini, pendapatan Pakuwon bersumber dari Jakarta dan Surabaya, dua kota dengan skala pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia.
Ivy bilang, hingga beberapa tahun ke depan fokus bisnis Pakuwon Jati masih akan berada di kedua kota tersebut. "Selama masih ada yang bisa dikembangkan, kami akan bertahan," ujarnya.
Perluas Tunjungan Plaza
Dalam dua tahun ke depan, Pakuwon Jati sudah menyiapkan sederet rencana ekspansi untuk keempat proyeknya. Tunjungan City masih akan diperluas dengan kehadiran Tunjungan Plaza V dan Tunjungan Plaza VI, masing-masing memiliki luas area yang bisa disewakan 19.000 m2 dan 33.000 m2. Pakuwon berambisi menjadikan Tunjungan Plaza sebagai mal terbesar di Indonesia.
Selain itu, Pakuwon juga akan menambah satu menara perkantoran dan kondominium, serta hotel bintang empat yang akan dioperasikan Sheraton di tahap pengembangan Tunjungan Plaza V. Selanjutnya masih ada satu menara kondomonium dan satu menara perkantoran di tahap pengembangan Tunjungan Plaza VI.
Di Jakarta, Pakuwon Jati akan melengkapi Gandaria City dengan satu lagi menara perkantoran serta hotel yang identitas operatornya masih dirahasiakan. Sedangkan di Kota Kasablanka akan dibangun dua menara perkantoran dan satu menara kondominium.
Pakuwon City juga tidak luput dari ekspansi. "Tahun depan kami akan konsentrasi di Edu City, fasilitas komersial seluas 27 ha. Kami sudah menggandeng sejumlah universitas seperti Widya Mandala dan Al Azhar," tutur Ivy.
Melalui ekspansi ini, Pakuwon berharap pendapatannya bisa melesat hingga menembus Rp 3 triliun tahun depan. Belanja modal yang dialokasikan tahun depan Rp 1,8 triliun.
Untuk tahun ini, Pakuwon menargetkan pendapatan sebesar Rp 1,8 triliun atau tumbuh 21,6% dari pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 1,48 triliun. Sampai sembilan bulan pertama, Pakuwon telah meraup pendapatan Rp 1,61 triliun.
Proyek komersial seperti mal, perkantoran dan hotel mendatangkan pendapatan berulang (recurring income) sebesar 40% dari seluruh pendapatan. "Kami masih berniat memperbesar recurring income. Idealnya, porsi recurring income dan penjualan adalah fifty-fifty," imbuh Ivy.
Ivy yakin, bisnis properti bakal positif tahun depan. Asalkan suku bunga kredit tidak melesat naik dan kondisi politik stabil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News