Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gubernur Papua Barat Daya, Elisa Kambu mengatakan pemberitaan mengenai kerusakan di Pulau Gag akibat kegiatan penambangan nikel adalah hoaks atau berita bohong.
Hal ini disampaikan Elisa saat bertemu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia usai mengunjungi Pulau Gag, dan PT Gag di Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Bar, Sabtu (07/06).
"Video yang lalu itu kan laut itu ada coklat, tapi tadi kita kesana biru. Dan Gag itu, tambang disana cukup bagus, kerjanya, yang sudah eksplorasi, sudah direboisasi sampai reklamasi. Kewajiban itu sudah dipenuhi. Jadi pemberitaan itu adalah hoaks," jelas Elisa.
Ia juga bilang jika pemberitaan terkait kerusakan lingkungan itu mungkin saja berasal dari lokasi penambang lain. Namun bukan dari PT Gag.
"Mungkin pemberitaan itu bukan dari GAG, mungkin dari tempat lain. mereka ambil dimana kita juga tidak tahu, tapi yang pasti bukan dari pertambangan pulau Gag," tambahnya.
Baca Juga: Menteri Bahlil Ungkap Masyarakat Pulau Gag Minta Tambang Nikel Dilanjutkan
Dia menambahkan, masyarakat Pulau Gag tidak ingin tambang nikel ditutup. Menurutnya tambang ini menjadi salah satu mata pencaharian untuk masyarakat di pulau seluas 6.030,53 hektar itu.
"Dan berikutnya, ketika kita sampai disana, masyarakat lokal, semua yang ada disitu kecil, besar, perempuan, tua dan muda mereka menangis minta Pak menteri (Bahlil) ini (tambang) jangan ditutup, ini harus dilanjut," tambahnya.
Menurut dia, pemerintah Papua Barat Daya khususnya akan mengikuti kemauan masyarakat jika itu berhubungan dengan kesejahteraan.
"Dan kalau kami pemerintah, kita mengikuti kemauan masyarakat dan hadir untuk kesejahteraan masyarakat. Kenapa harus membuat masyarakat susah?," jelasnya.
Sebelumnya, kisruh mengenai tambang nikel yang mengancam pelestarian Raja Ampat diungkap oleh Greenpeace.
Dari sebuah perjalanan menelusuri Tanah Papua pada tahun lalu, Greenpeace menemukan aktivitas pertambangan di sejumlah pulau di Raja Ampat, di antaranya di Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran. Ketiga pulau itu termasuk kategori pulau-pulau kecil yang sebenarnya tak boleh ditambang menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil.
Menurut analisis Greenpeace, eksploitasi nikel di ketiga pulau itu telah membabat lebih dari 500 hektare hutan dan vegetasi alami khas. Sejumlah dokumentasi pun menunjukkan adanya limpasan tanah yang memicu sedimentasi di pesisir–yang berpotensi merusak karang dan ekosistem perairan Raja Ampat–akibat pembabatan hutan dan pengerukan tanah.
Selain Pulau Gag, Kawe, dan Manuran, pulau kecil lain di Raja Ampat yang terancam tambang nikel ialah Pulau Batang Pele dan Manyaifun. Kedua pulau yang bersebelahan ini berjarak kurang lebih 30 kilometer dari Piaynemo, gugusan bukit karst yang gambarnya terpacak di uang pecahan Rp 100.000.
Baca Juga: Menteri LH Sebut Penambangan Nikel di Raja Ampat Tak Berdampak Serius ke Lingkungan
Selanjutnya: Pakuwon Jati (PWON) Bakal Resmikan Hotel Baru di Bekasi pada Akhir 2025
Menarik Dibaca: Promo Es Krim Alfamart Periode 1-15 Juni 2025, Es Krim Oreo Beli 2 Gratis 1
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News