Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mega proyek listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 35.000 megawatt menjadi penopang utama bisnis emiten kabel. Tak terkecuali PT KMI Wire and Cable Tbk (KBLI) yang optimistis dapat meraup banyak proyek PLN di tahun ini.
Dede Suhendra, Direktur PT KMI Wire and Cable Tbk mengatakan untuk kebutuhan PLN perusahaannya telah menyiapkan kabel aluminium ukuran 10 kilovolt (KV) hingga 20 KV. "Kami dapat lelang satu tahun ini senilai Rp 350 miliar untuk area PLN Distribusi," sebutnya saat paparan publik perseroan berlangsung, Jumat (25/5).
Perseroan berharap kurs rupiah dapat stabil, sehingga dapat meraih margin keuntungan yang baik. Dede mengungkapkan jika kurs dapat stabil, estimasi gross margin dari proyek PLN sekitar 15%-25%.
Selain itu KBLI juga menyasar segmen kabel transmisi ACCC dan Saluran Kabel Tanah (SKT) High Voltage (HV). "Di semester dua nanti kami pun optimis dapat meraih lelang lagi senilai Rp 400 miliar-Rp 500 miliar," tutur Dede.
Adapun untuk proyek SKT HV, perseroan tengah menyelesaikan kontrak yang sudah diperoleh tahun sebelumnya. Pemasangan kabel ukuran 150 KV tersebut bernilai hampir Rp 700 miliar.
"Untuk HV tahun lalu sudah dapat dua proyek di Mampang dan Senayan, sementara tahun ini ada sekitar tiga lagi proyek baru transmisi HV," sebut Dede. Lokasi proyek berada di Jakarta dan luar Jakarta, KBLI memperkirakan akhir tahun ini pemasangan bakal rampung.
Seiring permintaan dari proyek kabel listrik PLN, hal tersebut menyebabkan porsi penjualan kabel aluminium perseroan meningkat dibandingkan kabel tembaga. Dede menyebutkan jika tahun lalu porsi penjualan aluminium hanya 40% dari penjualan sisanya tembaga, maka tahun ini porsinya menjadi sebaliknya di mana kabel aluminium menyumbang 60% sedangkan tembaga 40%.
Dengan kapasitas produksi kabel listrik tembaga 30.000 ton per tahun serta alumunium sekitar 45.000 ton per tahun, perusahaan mengaku belum akan menambah lini produksi yang baru. KBLI pun menggelontorkan belanja modal (capex) tahun ini senilai Rp 133 miliar dipergunakan untuk peremajaan mesin produksi saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News