kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Komisi VII DPR Skeptis Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari di 2030 Tercapai


Kamis, 18 Agustus 2022 / 13:20 WIB
Komisi VII DPR Skeptis Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari di 2030 Tercapai
ILUSTRASI. Komisi VII DPR RI skeptis Indonesia bisa capai target produksi minyak 1 juta barrel per hari di 2030. REUTERS/Stephen Eisenhammer/File Photo


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target lifting minyak dan gas (migas) di 2030 bisa meningkat, dengan perincian produksi minyak ditargetkan 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). Untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan upaya ekstra karena saat ini industri migas masih mengalami banyak tantangan. 

Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno mengakui sudah menyampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), SKK Migas, dan Pertamina bahwa pihaknya semakin skeptis dengan target produksi 1 juta barrel minyak per hari di 2030 mendatang. Sedangkan dalam tiga tahun belakangan ada penurunan yang sangat konsisten terhadap produksi migas terutama minyak mentah. 

“Ada concern dari DPR bahwa target yang dicanangkan itu cukup ambisius dalam kondisi sekarang. Jika ingin capai target tersebut kita butuh akuisisi atau temuan blok sebesar Rokan atau Cepu dengan catatan yang eksisting tidak mengalami penurunan produksi,” ujarnya dalam webinar  “Capaian dan Tantangan Satu Tahun Blok Rokan oleh Pertamina Hulu Rokan (PHR)” Kamis (18/8). 

Baca Juga: Ada Kabar Investor Asing Mau Keluar Lagi dari Indonesia, Begini Kata Komisi VII DPR

Sejatinya, Eddy mengatakan bahwa peningkatan produksi migas yang diharapkan juga merupakan harapan DPR. Namun, ada tantangan tersendiri kalau meningkat 60% produksi migas dikelola oleh Pertamina dan mungkin akan lebih besar lagi di waktu yang akan datang. 

Menurut Eddy, Pertamina merupakan perusahaan milik negara sehingga proses pengambilan keputusan, investasi, membutuhkan waktu lebih panjang ketimbang perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang yang sama tetapi milik swasta. Di lain sisi, tantangan di industri migas juga besar, utamanya pengelolaan dana investasi yang sangat besar serta penggunaan teknologi canggih. 

“Ini saya kira tantangan tersendiri bagi Pertamina ke depan bagaimana mereka bisa ikut mendukung peningkatan produksi migas nasional,” jelasnya. 

Di lain pihak, tantangan lain yang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah hengkangnya sejumlah investor-investor besar dari Tanah Air. Adapun dari sisi global, investasi di sektor migas juga sudah menurun karena perusahaan migas internasional berubah menjadi perusahaan energi yang fokus pada aspek lingkungan. Ditambah lagi, lembaga keuangan juga sudah banyak yang menghentikan pendanaan untuk pengelolaan produksi dari sumber energi fosil. 

Baca Juga: Menteri ESDM Beri Sinyal Kenaikan Harga BBM Subsidi, Ini Sebabnya

Maka itu, Eddy kembali menekankan supaya iklim investasi migas harus diperkuat, khususnya juga untuk mengejar target produksi 1 juta barel minyak per hari di 2030. 

“Kalau kita bersama dan bersungguh-sungguh dan buat action plan saya kira target yang direncanakan dalam mencapai ketahanan energi bisa dilakukan,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×