Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Eskalasi militer antara Iran dan Israel yang berkepanjangan berpotensi mengganggu jalur rantai pasok di kawasan Timur Tengah. Para pelaku sektor industri mengkhawatirkan gejolak geopolitik tersebut dapat mendongkrak biaya logistik dan mengganggu rantai pasok.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan mengatakan, dampak tersebut juga merupakan konsekuensi dari kondisi ekonomi dan rantai pasok global saat ini. Pihaknya mengimbau kepada pengusaha logistik untuk peka terhadap keadaan geopolitik dengan memperkuat jalur logistik nasional. ALFI juga berharap para pengusaha dapat mengambil alternatif sekaligus opsi yang ditawarkan pemerintah.
“Para pengusaha harus segera bersiap lebih dini untuk memperkuat jalur logistik nasional kita,” kata Akbar dalam siaran pers yang diterima Kontan, Minggu (20/4).
Di tengah ketidakpastian geopolitik global, ALFI juga menyadari bahwa ongkos logistik yang tinggi masih menjadi pekerjaan rumah bagi industri pelayaran Tanah Air. Lantas, modernisasi peralatan port handling dinilai dapat mendukung efisiensi layanan pelabuhan nonpetikemas, sehingga pada akhirnya dapat memangkas tingginya biaya logisitk.
Baca Juga: Impor dan Biaya Logistik Bisa Meningkat Efek Ketegangan di Timur Tengah
Dukungan terhadap upaya modernisasi peralatan pelabuhan dapat menjadi solusi atas efisiensi waktu bongkar muat, sekaligus mengurangi loss cargo. “Kami mendukung adanya pemasangan peralatan yang lebih modern, seperti conveyor belt dan layanan pergudangan yang terintegrasi. Tentu ini membutuhkan dukungan banyak pihak,” papar Akbar.
Banyaknya pekerjaan rumah industri logistik tercermin dari catatan Indeks Kinerja Logistik (LPI) yang mana Indonesia berada di peringkat ke-61 pada 2023. Memiliki skor 3,0, Indonesia memang masih berada di atas rata-rata jika dibandingkan negara-negara berpenghasilan menengah ke atas yang bernilai 2,54.
Namun, ternyata jika dibandingkan dengan negara mitra yang mempunyai pertumbuhan tinggi di Asia seperti China dan Asia Tenggara (ASEAN), maka Indonesia jelas memiliki pekerjaan rumah yang perlu segera dibenahi.
Baca Juga: Kemenperin Siapkan Antisipasi Dampak Situasi Geopolitik Dunia Bagi Sektor Industri
Contohnya adalah pembenahan tata kelola sektor logistik. Pembenahan ini akan terwujud melaluI sinergi antarpemangku kepentingan, sehingga dibutuhkan satu badan khusus nasional yang fokus menggarap sistem logistik.
Tidak kalah penting, transformasi struktural sangat vital untuk dilakukan terutama dalam optimalisasi percepatan waktu distribusi dan efisiensi biaya logistik.
“Kami fokus dalam kajian membentuk badan logistik nasional demi memastikan layanan logistik mampu terdiversifikasi, aman, transparan, dan berkelanjutan dalam satu wadah integral,” tandas Akbar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News