Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
SOLO. Agar cengkeraman pemasaran semakin kuat, PT Konimex akan menambah cabang di Jawa Timur pada tahun 2017. Produsen obat batuk Konidin itu sedang menjajaki peluang ekspansi satu cabang kantor distribusi.
Selama setengah abad berbisnis, Konimex telah mengoleksi 56 cabang kantor distribusi di tanah air. Jaringan pemasaran mereka tersebar di 50 kota. Adalah PT Marga Nusantara Jaya, perusahaan yang menangani aktivitas distribusi tersebut.
Konimex berharap, cabang kantor distribusi bisa mendukung ketersediaan produk di lapangan. "Dalam rangka itu ada pula gerakan dorongan swamedikasi diperkuat di Indonesia sehingga tidak andalkan pemerintah saja," ujar Rachmadi Joesoef, Direktur PT Konimex, saat acara Peringatan 50 Tahun PT Konimex di Solo, Kamis (23/3).
Apalagi, saat ini ada 121 merek di bawah Konimex. Sebanyak 50% merupakan produk kategori obat. Separuh lagi berupa produk kategori kembang gula, produk alami dan makanan.
Semua produk Konimex bikinan pabrik di Solo, Jawa Tengah. Luas area pabrik sebesar 20 hektare (ha).
Namun, memang tak mudah menggeber penjualan obat di setiap sudut Indonesia. Pengalaman Konimex, upaya penetrasi pasar Indonesia bagian timur lebih sulit ketimbang bagian barat.
Bukan karena daya beli yang tak ada, tapi ongkos logistik ke wilayah Indonesia bagian timur lebih mahal. Padahal, harga jual produk Konimex untuk kedua wilayah itu sejatinya sama.
Meski telah menyebutkan rencana penambahan cabang kantor distribusi, Konimex tak membeberkan nilai investasi yang disiapkan. Yang terang, penambahan cabang bukan satu-satunya ekspansi mereka.
Tahun ini Konimex juga akan melanjutkan pengembangan industri ekstraksi bahan alam. Asal tahu, sejak tahun 2015 Konimex membangun fasilitas produksi bahan ekstrak alam. Total, ada 20 jenis bahan ekstrak alam bikinan Konimex.
Awalnya puluhan bahan ekstrak tadi hanya untuk menyokong kebutuhan internal Konimex. "Tapi mulai tahun kemarin kami ekspansi kapasitas sehingga bisa dijual ke perusahaan lain," terang Rachmadi, putra Djoenaedi Joesoef pendiri PT Konimex alias generasi kedua.
Memakai merek lokal
Sepanjang tahun ini, Konimex melihat potensi pasar farmasi masih besar. Apalagi, ada stimulus dari program kesehatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS). Meskipun, hingga kini Konimex belum kecipratan tender e-catalog dari program pengadaan obat pemerintah.
Pertimbangan lain, Konimex mengendus pertumbuhan kelas menengah berkorelasi positif terhadap daya beli produk kesehatan.
Makanya, Konimex yakin tahun ini masih bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan. Tanpa mengungkapkan nilai, mereka menargetkan pertumbuhan kinerja sebesar 8%-9%.
Selain pasar domestik, Konimex bakal memacu penjualan ekspor. Adapun komposisi penjualannya; 90% pasar dalam negeri dan 10% pasar luar negeri. Negara tujuan ekspor mereka yakni Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Myanmar.
Alih-alih membikin merek khusus untuk pasar ekspor, Konimex mempertahankan merek yang selama ini beredar di pasar domestik. Meskipun demikian, Konimex tetap merogoh kocek untuk beriklan. "Kami tetap mempertahankan nama merek lokal seperti Konidin ke global, tentu kami juga keluarkan biaya iklan promosi ke negara tersebut," beber Rachmadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News