Reporter: Agung Hidayat | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Berkat program jaminan sosial kesehatan, beberapa tahun terakhir pamor obat generik naik daun. Tahun lalu saja, penjualan obat murah ini sanggup menopang antara 20%-25% dari total nilai industri farmasi yang sekitar US$ 5 miliar.
Alhasil, Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi memproyeksikan, jika pertumbuhan industri farmasi domestik tahun ini berkisar 7%-10%, maka obat generik bisa lebih tinggi. "Tahun ini obat generik berpeluang bisa tumbuh dua digit, di atas 10%," papar Wakil Sekretaris Jenderal GP Farmasi Indonesia, Kendradiadi Suhanda, di sela acara Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhI SEA) 2017, Kamis (16/3).
Malah, Arif Juliandi, Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk, percaya diri bisa mematok pertumbuhan obat generik hingga 45% tahun ini, setara Rp 580 miliar. Bila target ini terealisasi, bisa memberikan kontribusi hingga 60% dari total pendapatan Phapros.
Sementara, tahun lalu penjualan obat generik PT Kimia Farma Tbk naik pesat 34% dibandingkan 2015. Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Rusdi Rosman menyebutkan, faktor terbesar lonjakan tersebut berasal dari kebutuhan obat Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Apalagi kini, kualitas obat generik sudah tidak kalah dengan obat paten. "Masyarakat tentu memilih yang lebih efisien," katanya ke KONTAN, (16/3).
Sayang, Rusdi enggan membeberkan kontribusi obat generik bagi perusahaan pelat merah ini. Tapi berdasarkan kinerja di kuartal III tahun lalu, emiten berkode KAEF ini meraup penjualan obat generik sekitar Rp 842 miliar. Jika dibandingkan total pendapatan Rp 3,9 triliun, obat generik berkontribusi 21% ke kocek perusahaan ini.
Tahun ini, Kimia Farma berharap, penjualan obat generik bisa tumbuh dua digit. "Kemungkinan bisa tumbuh di atas 12% tahun ini," ucap Rusdi.
Agar bisa mengejar target tersebut, Kimia Farma saat ini tengah memperbesar kapasitas produksi yakni dengan menambah kapasitas pabrik yang ada di Banjaran, Jawa Barat hingga mencapai empat kali lipat. Bila semula kapasitas pabrik Kimia Farma bisa memproduksi 3,5 miliar butir tablet per tahun, bila kapasitas pabrik tersebut bertambah maka produksi pabrik Kimia Farma bisa mencapai 14 milair butir tablet per tahun.
Ia menargetkan, pabrik obat tersebut sudah bisa beroperasi tahun depan. Asalkan pemeriksaan dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang tengah berlangsung sudah kelar.
Setelah ekspansi kapasitas, Kimia Farma menargetkan pendapatan bisa mencapai Rp 7 triliun hingga Rp 8 triliun tahun ini. Dari target tersebut, sekitar Rp 1,7 triliun-Rp 1,8 triliun berasal dari penjualan obat
Siap ikut tender
Jangan salah, keberhasilan produsen farmasi menjual obat generik lantaran sudah memenangkan tender pengadaan obat dari pemerintah lewat lelang e-catalog. Nah, tahun ini, anggaran negara untuk sektor kesehatan melonjak 54,7% dari Rp 67,2 triliun menjadi Rp 104 triliun. Melihat anggaran kesehatan yang besar, bisa dipastikan tender e-catalog obat generik tahun ini bisa lebih besar dari tahun lalu.
Berdasarkan catatan KONTAN, daftar lelang e-catalog obat yang digelar Lembaga Kebijakan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) tahun 2015 sebanyak 796 item. Sementara tahun lalu sudah 1.240 item obat.
Kimia Farma akan ikut tender sebanyak 100 jenis obat dari e-catalog tahun ini. Sementara PT Indofarma Tbk mengincar 50 item produk obat. PT Pyridam Farma Tbk juga menyatakan tertarik mengikuti tender. Emiten berkode PYFA ini akan mengincar tiga sampai lima produk dari tender LKPP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News