Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kalau benar, sebaiknya produsen batubara dalam negeri siap-siap. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) memperkirakan, realisasi konsumsi batubara dalam negeri akan lebih rendah dalam tiga tahun ke depan ketimbang perkiraan awal. Penyebabnya, dampak resesi keuangan global membuat banyak perusahaan pengguna batubara mengendurkan produksi. Alhasil, permintaan batubara turun.
Tahun ini saja, ESDM memperkirakan konsumsi batubara domestik hanya 40,7 juta ton. Padahal, kepada pemerintah, perusahaan pengguna batubara mengajukan angka kebutuhan batubara mencapai 53 juta ton.
Pemerintah memprediksi rendahnya konsumsi batubara akan berlanjut tahun depan seiring resesi global. Perkiraan konsumsinya sekitar 47,4 juta ton, jauh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebanyak 75 juta ton. Sedang pada 2010, perkiraan kebutuhannya hanya 67,6 juta ton, dari perkiraan awal sebanyak 90 juta ton.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Mineral dan Batubara Departemen ESDM Bambang Gatot Ariyono menyatakan, penyebab utama melesetnya konsumsi batubara dalam negeri dari perkiraan semula karena banyak proyek Independent Power Producer (IPP) atau pembangkit listrik swasta yang tidak selesai sesuai target. "Bukan produksinya yang turun, tapi karena yang diajukan pemakainya tak sesuai dengan rencana," ujar Bambang, akhir pekan lalu.
Ernovian G. Ismy, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menduga, upaya pemerintah mewacanakan penurunan kebutuhan batubara domestik sebagai dampak penerapan aturan wajib pasok dalam negeri atau domestic market obligation (DMO).
Makin kecil kebutuhan dalam negeri yang diinventarisir pemerintah, jumlah DMO batubara dari produsen juga akan menyusut. "Mau konsumsi dalam negeri kurang karena krisis, atau industri hanya butuh sedikit, itu hanya akibat saja. Yang jadi masalah adalah bagaimana dengan DMO? Apa memang kebutuhan dalam negeri sudah bisa tercukupi?" tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News