Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Volume ekspor CPO pada triwulan pertama 2010 mengalami penurunan jika dibanding periode yang sama tahun lalu. Ditengarai, hal itu disebabkan isu kampanye negatif dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang menyebutkan lahan sawit Indoensia tidak ramah lingkungan.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor CPO pada periode Januar-Maret 2010 menyusut sekitar 8,5% dibanding periode yang sama tahun lalu, dari 1,906 juta ton menjadi 1,757 juta ton.
“Nampaknya isu (negatif) lingkungan cukup berpengaruh,” ujar Kepala BPS Rusman Heriawan.
Indonesia dan Malaysia yang merupakan pemasok 80% kebutuhan CPO di dunia tengah didera kampanye oleh organisasi pemerhati lingkungan kelas dunia Green Peace. Lembaga itu menyebutkan, tanaman sawit yang ditanam di sejumlah kawasan Indonesia tidak sesuai dengan standar penanaman yang ramah lingkungan dan cenderung merusak.
Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) adalah salah satu produsen CPO yang kena getahnya. Dikatakan sebagai anggota konferensi untuk kelapa sawit berkelanjutan, Round Table on Sustainable Palm Oil (RSPO), Sinar Mas dinilai tidak konsisten dan produksi nya tidak layak untuk dikonsumsi.
Akibatnya, sejumlah negara seperti Eropa dan AS mulai terprovokasi oleh kampanye negatif tersebut. Salah satu perusahaan asal Belanda, Unilever bahkan mempermasalahkan prinsip ramah lingkungan yang diterapkan SMART dan memutuskan untuk tidak membeli hasil produksi CPO nya sebelum ada hasil dari tim independen yang ditugaskan untuk menilai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News