Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Menjelang Lebaran, banyak pihak yang mulai mengkhawatirkan harga daging sapi bakal melompat tinggi lagi seperti tahun lalu.Pemicunya tetap masih sama: yakni pasokan daging sapi yang tak sebanding dengan jumlah permintaan.
Tanda-tanda ini sudah dicium Asnawi, Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) jauh-jauh hari. Menurutnya, saat ini harga daging sapi di tingkat pedagang Rp 110.000 per kilogram (kg). Adapun saat Lebaran nanti , harga diprediksi bisa mencapai Rp 140.000 per kg.
Menurutnya, menjelang dan saat Lebaran, konsumsi daging sapi melonjak hingga 30% dari biasanya. "Kami tak mungkin menjual jeroan dan kulit saat Lebaran karena tidak akan laku. Pembeli mencari daging sehingga pedagang tak mungkin menjaga harga saat ini agar tak naik hingga Lebaran," ujarnya, Rabu (30/3).
Sapi bakalan kuartal I menjadi andalan untuk memenuhi kebutuhan daging sapi saat Lebaran nanti karena proses penggemukan memakan waktu tiga sampai empat bulan.
Masalahnya, realisasi impor sapi bakalan sepanjang kuartal I-2016 tidak maksimal. Dari kuota 200.000 ekor, yang terealisasi hanya 127.390 ekor. Jumlah ini memang lebih banyak ketimbang realisasi impor di kuartal I-2015 yang mencapai 97.747 ekor.
Meski stok sapi bakalan ini lebih banyak, tapi bukan jaminan harga bisa stabil. Direktur Utama PD Dharma Jaya Marina Ratna Dwi Kusumajati bilang, kebutuhan daging sapi di pasar tradisional Jakarta mencapai 650 ekor-750 ekor per hari saat normal. Namun, sejak H-3 puasa dan H-7 Lebaran, kebutuhan umumnya meningkat menjadi 845 ekor per hari.
Makanya, selain mengandalkan stok sapi impor, Dharma Jaya juga akan mengangkut sapi dari Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 2.000 ekor untuk mengamankan pasokan Lebaran. Dari sapi sebanyak itu, Dharma Jaya menargetkan produksi 150 ton daging sapi. "Namun daging sapi lokal hanya mampu memasok 5% dari total permintaan di Jakarta," ujarnya.
Untuk itu, Thomas Darmawan, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Importir Daging Sapi Indonesia (Aspidi) mengusulkan agar pemerintah membuka keran impor daging sapi jelang Lebaran dan mengizinkan langsung menjual kepada peritel.
Solusi ini lebih tepat ketimbang keputusan pemerintah membuka impor daging sapi murah dari India karena justru merusak harga di pasaran.
Impor 10.000 ton
Pemerintah menyadari kekhawatiran para pelaku usaha ini karena sapi lokal belum bisa diandalkan. Sri Mukartini, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian (Kemtan) bilang pemerintah sudah menggelar rapat terbatas di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengantisipasi kekurangan stok daging jelang Lebaran, Selasa (29/3) lalu.
Menurutnya, untuk mengantisipasi kebutuhan Lebaran,"Kami akan memasukkan 10.000 ton daging sapi dari Australia," tandas Sri. Rencananya, pemerintah akan menugaskan PT Berdikari (Persero) untuk pengadaan daging sapi ini.
Bukan hanya daging sapi, pemerintah juga akan kembali membuka impor sapi bakalan pada kuartal II tahun ini. Menurut Jafi Alzagladi, Asisten Deputi Peternakan dan Perikanan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian usulan yang muncul adalah sebanyak 250.000 ekor atau sama dengan kuota pada periode yang sama tahun lalu.
Menurutnya, sapi yang masuk pada kuartal II tahun ini memang tak bisa untuk menutupi kekurangan pasokan untuk Lebaran tapi setidaknya kuota impor ini tetap harus ditetapkan untuk menjaga pasokan ke depannya.
Menurut perkiraan Kemtan, sepanjang tahun ini, Indonesia akan mengimpor sebanyak 600.000 ekor sapi bakalan dan sebanyak 82.310 ton daging sapi. Adapn Kemdag sudah memberi kuota impor sebanyak 200.000 ton dari kepada 41 importir selama kuartal I-2016.
Impor dibutuhkan untuk menutup kebutuhan daging sapi nasional sebanyak 674.690 ton tahun ini, atau meningkat dari 653.980 ton tahun lalu. Sementara produksi dalam negeri hanya 439.530 ton, atau bertambah dari 416.090 ton tahun lalu.
Sedangkan untuk kebutuhan selama bulan puasa dan Lebaran diperkirakan mencapai 49.250 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News