kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Makin Dominan, Ekspor Industri Tembus US$ 50,52 Miliar di Kuartal I-2022


Rabu, 20 April 2022 / 19:21 WIB
Makin Dominan, Ekspor Industri Tembus US$ 50,52 Miliar di Kuartal I-2022
ILUSTRASI. Kinerja ekspor industri pengolahan menembus US$ 50,52 miliar pada Januari-Maret 2022,


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja ekspor industri pengolahan menembus US$ 50,52 miliar pada Januari-Maret 2022, atau naik 29,68% dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$ 38,95 miliar.

Rabu (20/4), berdasarkan keterangan resmi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sepanjang kuartal I-2022, sektor industri tetap memberikan kontribusi paling dominan, yakni 76,37% dari total nilai ekspor nasional yang berada di angka US$ 66,14 miliar.

"Sektor industri masih konsisten menjadi kontributor terbesar dalam capaian nilai ekspor nasional, di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu, terutama dampak pandemi dan perang antara Rusia-Ukraina,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangannya.

Agus pun memberikan apresiasi kepada para pelaku industri manufaktur di Indonesia yang semakin semangat untuk memperluas pasar ekspornya, meskipun menghadapi berbagai tantangan saat ini.

Capaian ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa sektor industri telah menunjukkan geliat dan resiliensi-nya. Kombinasi-kombinasi fasilitas insentif fiskal dan nonfiskal yang diberikan pemerintah, dinilai Agus menjadi faktor sektor industri bisa semakin gemilang dan agresif di kuartal pertama ini.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diproyeksi Capai 5% pada 2022, Ini Faktor Penopangnya

Agus optimistis, sektor industri menjadi penopang utama dalam upaya pemulihan ekonomi nasional. Salah satu kebijakan Kementerian Perindustrian yang tetap fokus dijalankan adalah hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia.

"Di tengah momentum kenaikan harga komoditas, Indonesia perlu terus memacu hilirisasi komoditas unggulan. Sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi," paparnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan selama kuartal I-2022 mengalami surplus sebesar US$ 9,33 miliar. Surplus juga terjadi pada Maret 2022 sebesar US$ 4,53 miliar, yang melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020 lalu, atau telah terjadi dalam kurun waktu selama 23 bulan berturut-turut.

Bahkan, kinerja ekspor nasional bulan Maret 2022 berhasil menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah, dengan nilai tercatat sebesar US$ 26,50 miliar. Naik signifikan 29,42% dibanding Februari 2022 (m-to-m) atau 44,36% dibanding Maret 2021 (yoy). Capaian gemilang ini tidak terlepas dari sumbangsih sektor industri manufaktur.

"Pada Maret 2022, kontribusi sektor industri mendominasi sebesar 72,69% dari total ekspor nasional. Nilai ekspor dari industri pengolahan pada Maret 2022 mencapai USD19,26 miliar, naik 23,99% (m-to-m) atau 29,83% (yoy),” ucapnya.

Baca Juga: Ekonom Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada 2022 Capai 5,17%

Sementara itu, total nilai impor nasional pada bulan Maret 2022 mencapai US$ 21,97 miliar dengan pertumbuhan sebesar 32,02% (m-to-m) atau 30,85% (yoy).

Agus mengatakan bahwa dominasi dan kenaikan impor bahan baku menunjukkan bahwa impor Indonesia ditujukan untuk aktivitas produktif, guna mendorong output nasional, sementara kenaikan pada barang modal menunjukkan industri manufaktur terus mendorong ekspansi usahanya.

"Hal ini tercermin dalam aktivitas manufaktur yang terus berada di level ekspansif melalui Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada bulan Maret 2022 berada di posisi 51,3. Posisi tersebut lebih tinggi dibandingkan level Februari 2022 yang sebesar 51,2, serta masih melanjutkan level ekspansi selama tujuh bulan beruntun,” ungkap Agus.

Kenaikan level PMI manufaktur Indonesia, sejalan juga dengan PMI Regional ASEAN yang juga mengalami ekspansi sebesar 51,7. Selain itu, PMI Manufaktur Indonesia pada Maret mampu melampaui PMI Manufaktur Korea Selatan (51,2), Malaysia (49,6), China (48,1), dan Rusia (44,1).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×