Reporter: Sofyan Nur Hidayat |
JAKARTA. Negeri jiran, Malaysia menjadi ancaman terbesar bagi industri makanan dan minuman di dalam negeri. Ekspor makanan dan minuman dari Malaysia sepanjang Januari-Oktober 2011 telah mencapai US$ 48,8 juta atau jauh melampaui total impor mereka di tahun 2010 yang sebesar US$ 36,56 juta.
Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Franky Sibarani mengatakan produk makanan minuman Malaysia menjadi ancaman serius karena benar-benar bertujuan menjadikan Indonesia sebagai pasar. "Dukungan pemerintah Malaysia yang solid dan terpadu membuat ekspor ke Indonesia semakin agresif," kata Franky, Minggu (27/11).
Dukungan pemerintah Malaysia di antaranya melalui infrastruktur yang bagus serta bunga bank yang rendah. Hal itu menyebabkan daya saing produk makanan dan minuman Malaysia menjadi sangat baik ketika berhadapan dengan produk dari Indonesia.
Kenaikan impor makanan dari Malaysia menurut Franky sudah semakin tajam. Jika dibandingkan dengan realisasi impor Januari-April 2011 yang sebesar US$ 12,5 juta, angka impor hingga Oktober telah mengalami kenaikan 400%. Total impor makanan minuman hingga Oktober mencapai US$ 197,93 juta. Dari jumlah itu, kontribusi Malaysia sebesar 24,7%. Malaysia juga menjadi negara pengekspor terbesar makanan dan minuman ke Indonesia.
Namun, industri lokal juga harus mewaspadai impor makanan dan minuman dari negara Asean lainnya yang juga terus mengalami peningkatan. Hal itu menurutnya menjadi sebuah peringatan serius bagi industri makanan dan minuman di dalam negeri terutama menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Jangan sampai Indonesia hanya dijadikan pasar oleh industri makanan dan minuman dari negara Asean.
Franky mengatakan pasar makanan dan minuman semakin diminati asing karena dukungan pemerintah untuk meningkatkan daya saing dan perlindungan pasar dalam negeri sangat minim. Angka pertumbuhan ekonomi dan daya tarik investasi menurut Franky telah membuat pemerintah terbuai, tapi tidak serius mendukung kenaikan daya saing industri.
Beberapa permasalahan serius yang dihadapi industri makanan dan minuman saat ini di antaranya bunga bank yang masih tinggi, kurangnya ketersediaan gas, biaya logistik tinggi serta kenaikan upah minimum karyawan yang melebihi kemampuan industri.
Untuk mengatasi banjir impor makanan minuman, Franky mengatakan pemerintah harus menetapkan wajib label bahasa Indonesia yang menyatu dengan kemasan. Selama ini, masih banyak yang menggunakan stiker. Temuan pengawasan rutin BPOM sepanjang tahun 2011 menunjukkan bahwa 70% produk pangan tanpa izin edar. Sebagian besar merupakan produk impor.
Menurut Franky pemerintah juga harus melakukan pencegahan dengan meningkatkan pengawasan di daerah perbatasan antara negara, pelabuhan-pelabuhan resmi dan pelabuhan tikus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News