Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
KUCHING, MALAYSIA. Kongres lahan gambut internasional bertajuk 15th International PEAT Congress 2016 resmi digelar. Kali ini, Kota Kuching yang merupakan ibukota Sarawak, Malaysia, menjadi tuan rumah even empat tahunan tersebut.
Acara 15th International PEAT Congress 2016 Even diselenggarakan di Hotel Pullman, Kuching, dari 15-19 Agustus 2016. Kongres ini dimotori oleh Malaysian Peat Society (MPS) yang bekerjasama dengan International Peatland Society (IPS).
Even yang dihadiri oleh lebih dari 700 orang delegasi dari seluruh dunia itu, menjadi sejarah penting bagi negara di Asia lantaran pertamakalinya digelar di kawasan ini. Sebelumnya, kongres lahan gambut selalu digelar di Eropa dan Amerika Utara.
Kongres ini mempertemukan para ahli di bidang lahan gambut, akademisi dan pelaku usaha kelapa sawit untuk membahas presentasi dan berbagi pengalaman terkait pemanfaatan dan pengelolaan lahan gambut di daerah tropis.
Dalam sambutannya, Lulie Melling, Presiden Direktur IPS sekaligus Direktur Tropical Peat Reseach Laboratory (TRRL) mengatakan, even 15th International PEAT Congress 2016 menekankan pentingnya industri dan masyarakat di negara-negara dunia melestarikan lingkungan lahan gambut.
Lulie berharap, para peserta kongres mendapatkan banyak manfaat dari kongres tersebut. "Kami yakin kongres ini akan menghubungkan bisnis, praktisi, peneliti dan pembuat kebijakan melalui praktik-praktik kerja yang baik, solusi bisnis, hasil ilmiah dan inisiatif dunia internasional yang meningkatkan pengelolaan gambut dan industri," katanya, Selasa (16/8).
Lulie menambahkan, pada Februari 2016 dari 400 juta hektar lahan gambut dunia, luas lahan gambut tropis hanya sekitar 8%, dan 60% berada di kawasan Asia Tenggara.
Meskipun telah ada peningkatan penelitian dan pemahaman terkait lahan gambut tropis, kata Lulie, kondisi itu masih minim dibandingkan lahan gambut iklim sedang dan lahan gambut boreal yang banyak terdapat di Utara Rusia dan Utara Rusia dan Kanada.
"Lahan gambut tropis telah menderita dari 'Cinderella Syndrome', tidak diketahui dan karena itu tidak dicintai. Namun, sekarang salah satu perbatasan terakhir dari lahan yang tersedia untuk pembangunan pertanian, "canda Lulie.
Mempelajari lahan gambut tropis
Chief Minister of Sarawak Malaysia, Datuk Patinggi Tan Sri Haji Adenan bin Haji Satem mengatakan, tujuan dari kongres lahan gambut ke-15 adalah memberikan inspirasi, menyediakan landasan untuk jaringan, berbagi ilmu pengetahuan, dan pengalaman yang dibutuhkan guna mempromosikan pembangunan lahan gambut.
Tan Sri Adenan, yang bertindak sebagai pelindung PEAT Congress menambahkan, sangat perlu bagi negara-negara di dunia untuk belajar satu sama lain. “Kalangan akademisi, pelaku industri dan pengambil kebijakan harus mendukung dan berkolaborasi satu sama lain serta tidak beroperasi dalam isolasi,” katanya.
Menurut dia, momen kongres lahan gambut sangat pas diadakan di kawasan Asia untuk pertama kalinya. Hal ini memungkinkan dunia, khususnya di luar Asia Tenggara, untuk mempelajari dan memahami lahan gambut tropis.
“Ini adalah sangat penting, sebagai lahan basah tropis masih kurang diteliti dan didokumentasikan, dibandingkan dengan lahan gambut beriklim sedang dan gambut boreal- yang telah dihitung dengan baik dan diklasifikasikan, " tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News