Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Perusahaan bidang perhotelan, PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME) segera merealisasikan niatnya terjun ke bisnis properti. Perusahaan ini berencana memulai pembangunan kawasan wisata terpadu di Nongsa, Batam awal 2014.
Saat ini, Mandarine punya lahan seluas 25 hektare (ha) di Nongsa setelah merampungkan akuisisi terhadap PT Warga Tri Mangunggal akhir tahun lalu. Transaksi tersebut bernilai Rp 87,99 miliar.
Rencananya, di tahap pertama, Mandarine akan mendirikan dua menara kondotel dengan dengan jumlah total 300 unit. Sebuah operator hotel asing akan mengelola hotel bertaraf bintang lima ini. "Kami sudah mengantongi empat nama," ungkap Ardi Syofyan, Direktur Keuangan Hotel Mandarine Regency di paparan publik, Senin (11/6).
Di tahap berikutnya, Mandarine akan melengkapi kawasan wisata dengan vila dan pusat konvensi. Sayang, karena studi kelayakan masih disusun, Ardi belum bisa menjelaskan proyek lebih mendetil. Termasuk soal nilai investasi yang mereka siapkan.
Ardi bilang, perusahaannya ingin menggaet turis dari Singapura sebagai pangsa pasar kondotel. "Dalam radius beberapa meter dari lokasi kami sudah banyak kondotel, tapi semuanya dibangun oleh investor Singapura," tuturnya.
Sebelum merambah bisnis properti, Mandarine adalah pengelola hotel bintang empat Goodway Hotels & Resorts di Nagoya, Batam. Tingkat okupansi hotel tersebut terus menurun menjadi tinggal 53,5% tahun lalu. Pasalnya, persaingan hotel di Batam makin sengit lantaran pasokan hotel baru terus bertambah. Namun perusahaan ini percaya diri tingkat okupansi hotel bisa terangkat menjadi 60% tahun ini berkat renovasi hotel yang sudah mereka lakoni.
Untuk renovasi, Mandarine sudah mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 5 miliar. Sekitar Rp 4 milar berasal dari dana rights issue akhir 2012, sisanya dari kas internal.
Dengan rencana ini, Mandarine menargetkan pendapatan usaha tahun ini tumbuh 22,57% menjadi Rp 47,04 miliar. Sedangkan laba bersih diproyeksikan mencapai Rp 959 juta.
Padahal, tahun lalu perusahaan ini menderita rugi bersih hingga Rp 9,06 miliar. Pendapatan usaha juga menurun tipis sebesar 7,48% menjadi Rp 38,38 miliar.
Ardi beralasan, rugi bersih merupakan dampak dari kerugian forex. Makanya, Mandarine berencana mencari modal untuk menutup utang US$ 39 juta ke Bank Mandiri, yang jatuh tempo di 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News