Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Martina Berto Tbk menilai produk herbal, khususnya jamu, pasarnya masih sangat terbuka lebar. Sehingga menyebabkan emiten berkode MBTO ini acap melakukan inovasi dengan berbagai lembaga penelitian untuk memproduksi produk herbal baru.
Bernard T. Widjaja, Unit Head Herbal Division PT Martina Berto, Tbk mengatakan tahun ini perseroan akan menambah dua jenis varian herbal dalam bentuk sachet dan ready to drink. "Produk tersebut akan segera diajukan untuk proses registrasi ke BPOM," kata Bernard kepada KONTAN (5/7).
Bernard mengaku bahwa bisnis jamu dan produk herbal MBTO masih kecil dibandingkan fundamen bisnisnya, kosmetik. Namun perusahaan merasa diatas angin karena unggul dalam hal meracik produk alami dengan skala industri. Di tahun 2016, MBTO membukukan penjualan jamu dan herbal Rp 3,6 miliar atau tidak sampai 1 persen dari total pendapatan.
Sampai kuartal pertama 2017, perolehan penjualan jamu dan herbal anjlok hanya di Rp 39 juta. Padahal di kuartal sama tahun lalu tercatat Rp 1,9 miliar. Bernard mengakui, bahwa saat ini tengah banyak pemain baru bermunculan di sektor jamu dan herbal. "Dengan masuknya pendatang baru (new entrants) pada suatu industri secara otomatis akan mempengaruhi peta persaingan dan market-share," ucapnya.
Tahun ini MBTO tidak muluk-muluk mematok target jamu dan produk herbalnya. Perseroan masih akan melakukan inovasi dan pengembangan produk baru, sementara itu promosi produk yang eksis terus dilakukan. Sampai saat ini perusahaa memilik sebuah fasilitas produksi jamu dan herbal di cikarang dengan kapasitas produksi 5.811 ton per tahun. Pabrik berada di lahan seluas 6,5 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News