kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Masela ditangan Menteri ESDM, bukan Rizal Ramli


Selasa, 22 September 2015 / 18:21 WIB
Masela ditangan Menteri ESDM, bukan Rizal Ramli


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan tak akan merevisi proposal Inpex Masela Ltd soal proyek pengolahan LNG terapung atau Floating LNG  yang sudah direkomendasikan ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). SKK Migas hanya akan patuh terhadap keputusan Menteri ESDM soal proyek Lapangan Abadi itu.

Dalam proposal Inpex yang direkomendasikan itu, SKK Migas menilai penggunaan FLNG dalam proyek Lapangan Abadi, Blok Masela masih lebih murah dibandingkan dengan menggunakan pipa gas ke Pulau Aru. Sebelumnya, Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, Senin (21/9) meminta SKK Migas dan Kementerian ESDM mengkaji ulang proyek FLNG untuk kemudian diubah menjadi pipa gas ke Pulau Aru.

Mendengar adanya pengubahan itu, informasi yang diperoleh KONTAN, Inpex mempertanyakan masalah itu ke SKK Migas. Sontak, SKK Migas pada Selasa (22/9) Pukul 12.00 WIB langsung mengadakan konfrensi pers di City Plaza Lantai 9, Jakarta Selatan menerangkan keputusan merekomendasikan FLNG.

Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi mengungkapkan, rekomendasi menggunakan FLNG bagi proyek Lapangan Abadi akan jauh lebih murah dibandingkan dengan membangun pipa gas ke Pulau Aru seperti permintaan Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli. "Kami hitung pakai pipa bisa habis US$ 19,3 miliar, kalau memakai FLNG hanya 14,8 miliar," ungkap dia, dalam konfrensi pers, Selasa (22/9).

Dia menyatakan, dalam menghitung proyek FLNG, dirinya sudah membentuk tiga tim pada Agustus 2015 lalu, satu tim terdiri empat orang ke Eropa, tim ke dua ke Amerika dan tim ketiga di Indonesia. "Tim saya itu menanyakan ke vendor penyedia infrastruktur gas itu, mereka menanyakan soal harga juga. Nah, simpulannya memakai FLNG lebih tepat dan lebih murah," ujar dia.

Dia menerangkan, lokasi Lapangan Abadi lebih dekat dengan Pulau Saumlaki (lokasi FLNG) sekitar 170 km dibandingkan dengan Pulau Aru yang sejauh 600 km. Maka dari itu keputusan menempatkan FLNG di dekat Saumlaki sudah tepat dari sisi lokasi Lapangan Abadi yang ada di laut dalam Laut Arafuru.

Namun, Amien bilang, tidak lantas harus membangun pipa gas ke Pulau Aru untuk mengembangkan ekonomi di sana, dengan FLNG sebenarnya juga bisa menumbuhkan ekonomi di Pulau Aru. "Prinsipnya hanya tinggal bawa gas saja ke Pulau Aru jika ingin menghidupkan ekonomi di sana, tetapi ada tidak pembangkitnya? ada gak investor yang mau investasi di sana," imbuh Amien. 

Dia menerangkan dirinya setuju mengembangkan wilayah timur seperti apa yang diinginkan Rizal Ramli, tetapi rencana penggunaan FLNG tersebut sudah lama direncanakan dan butuh waktu lama lagi bila ingin diubah.

Produksi 2024

Bila proposal Inpex itu tak segera diputuskan, produksi Lapangan Abadi, Blok Masela akan terus molor. Amien menyatakan, pihaknya ingin sekali produksi Lapangan Abadi segera dilakukan agar harganya bisa lebih kompetitif. "Di Australia ada lima Lapangan gas. Tiga akan produksi gas dalam waktu dekat, duanya masih agak lama," imbuh dia.

Bila ketiga lapangan itu produksi secara bersamaan, tentu saja harga gas menjadi tak menarik lagi. Apalagi lokasi Lapangan Abadi dengan ketiga lapangan gas itu berdekatan. Bisa saja pembeli malah naksir ke tiga lapangan itu karena Lapangan Abadi belum produksi. "Saya berharap setelah tiga Lapangan gas di Australia itu produksi, baru kita produksi," imbuh dia.

Dia menaksir, produksi Lapangan Abadi harus dilakukan 2024, bahkan kalau bisa kurang satu tahun bisa lebih bagus. "Tugas saya memotong waktu soal pengadaan dan perizinan di SKK Migas. Saya berharap Menteri ESDM bisa memutuskan proposal Inpex diterima tahun ini," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×