Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Capaian program replanting atau Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) masih rendah.
Direktur Eksekutif Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit Rakyat (BPDPKS) Eddy Abdurrachman melaporkan realisasi peremajaan sawit rakyat sejak tahun 2016-2023 ini baru mencapai 306.000 hektare. Padahal, PSR memiliki target luasan 180.000 hektare setiap tahunya di 21 provinsi sentral penghasil kelapa sawit.
Sementara, anggaran yang sudah dikucurkan oleh BPDPKS untuk pelaksanaan peremajaan sawit rakyat sejak awal pelaksanaan program 2016-2023 sebesar Rp 8,5 triliun.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Sejumlah Insentif Tarik Minat Pengusaha Masuk Bursa CPO
"Pentingnya program peremajaan sawit rakyat tidak boleh diabaikan. Tanpa program ini, produktivitas perkebunan kelapa sawit diproyeksikan akan menurun secara serius," kata Eddy dalam Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Nusa Dua, Kamis (2/10).
Eddy menekankan keberlanjutan program peremajaan sawit rakyat ini penting dengan tujuan utamanya adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani kecil, sambil memanfaatkan sekitar 2 juta hektare lahan perkebunan yang potensial.
Program peremajaan sawit rakyat tidak boleh diabaikan. Tanpa program ini, produktivitas perkebunan kelapa sawit diproyeksikan akan menurun secara serius.
Baca Juga: Kejar Target Peremajaan Sawit Rakyat, Pemerintah Siapkan Anggaran Rp 6,1 Triliun
Pada tahun 2025, diperkirakan produksi CPO (Crude Palm Oil) hanya akan mencapai sekitar 44 juta metrik ton. Untuk itu, program ini perlu dilakukan dalam menjaga keberlanjutan industri kelapa sawit.
"Penurunan produksi ini berpotensi merugikan industri minyak kelapa sawit," jelas Eddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News