Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pengolahan makanan dan minuman, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) tak ambil pusing dengan nilai tukar rupiah yang terus melemah.
Sebagai gambaran, pada Selasa (10/10), rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia berada di level Rp 15.708 per dolar AS, melemah 0,21% dibanding hari sebelumnya yang berada di Rp 15.675 per dolar AS.
Sejalan, rupiah spot juga ditutup melemah 0,3% ke Rp 15.739 per dolar AS. Ini jadi level terburuk rupiah sejak akhir November 2022.
Namun, pelemahan rupiah ini tidak terlalu berdampak pada pendapatan Mayora secara keseluruhan.
Baca Juga: Mayora Indah (MYOR) Optimistis Target Pendapatan 2023 Tercapai
Director and Global Marketing Director PT Mayora Indah Tbk Ricky Afrianto mengatakan, risiko rugi akibat pelemahan mata uang rupiah masih bisa dikompensasi dengan besarnya pasar ekspor yang otomatis pembayarannya menggunakan mata uang dolar.
“Contohnya, karena kita (MYOR) saat ini menjual produk ke banyak negara lain, kita mengatakan pembeliannya dalam Dolar AS. Artinya, saat rupiah turun (melemah) ada fluktuasi nilai tukar,” ungkap Ricky.
Menurutnya, ini justru menguntungkan perseroan karena ini mendorong MYOR untuk mencatatkan laba dari selisih kurs.
Tak hanya ekspor sebenarnya, MYOR juga tercatat memiliki porsi utang dalam dolar AS. Pada laporan keuangan per 30 Juni 2023 tercatat MYOR memiliki utang usaha dalam dolar AS atau dirupiahkan senilai Rp 2,66 miliar.
Dimana jika terjadi pelemahan rupiah atau penguatan dolar akan menekan porsi utang dalam mata uang asing tersebut jika dibandingkan dengan jumlah piutangnya.
“Saya rasa untuk Mayora, ekspornya saja hampir setengah (dari total penjualan),” katanya.
Berbicara mengenai ekspor, MYOR mengklaim perusahaannya sebagai pengekspor produk consumer goods terbesar di Indonesia. Dimana tercatat produk-produk MYOR telah diekspor ke lebih dari 100 negara di dunia.
Salah satu anak perusahaan MYOR, PT Torabika Eka Semesta misalnya telah berhasil mengimpor produk Kopiko Coffee, dan berhasil menjadi kopi instan nomor satu di Filipina.
Pasar kopi instan Filipina menurut catatan MYOR juga dikuasai sebesar 62% oleh produk kopi dari MYOR. Disusul oleh Indonesia sebesar 30%, Papua Nugini 2%, Rusia 2% dan Lebanon 1%.
Baca Juga: Pilihan Saham di Awal Pekan Saat Rupiah Loyo
Jika melihat pada laporan keuangan MYOR lewat semester I-2023, penjualan ekspor tercatat sebesar Rp 6,31 triliun, naik 8,05% jika dibandingkan dengan penjualan ekspor periode yang sama tahun lalu yang berada pada nilai Rp 5,84 triliun.
“Jadi, bagi kita, itu sebenarnya soal keseimbangan. Uniknya Mayora, karena kontribusi ekspor dan domestik hampir 50-50, itu membantu mengurangkan risiko dari melemahnya rupiah,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News