Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) hingga akhir tahun 2020 diprediksi masih dalam tekanan. Ini terlihat dari rugi bersih yang dicatat perusahaan hingga kuartal III-2020 lalu capai US$ 130,11 juta akan berlanjut ke akhir tahun.
Presiden Direktur MEDC Hilmi Panigoro mengungkapkan, bahwa kerugian yang ditanggung Medco tak lepas dari dampak pandemi Covid-19 yang berimbas pada penurunan demand energi dan anjloknya harga minyak mentah global.
Selain itu, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) juga masih meneruskan pengembangan fase 7 di pertambangan tembaga sehingga belum bisa memberi kontribusi secara optimal. Meski pada periode Juli-September 2020 sudah berhasil mencetak laba seiring kenaikan harga tembaga dan emas.
Baca Juga: MEDC tetap prospektif meski merugi
Hilmi memang belum membuka bagaimana capaian MEDC di kuartal keempat. Namun, dengan berbagai kombinasi dampak pandemi, dan waktu yang tersisa, dia menaksir MEDC tetap akan mencatatkan kerugian hingga akhir 2020.
"Kuartal IV belum bisa komentar, mungkin nggak jauh dari itu (realisasi di kuartal III). Tinggal 1 bulan lagi dan harga minyak masih rendah, jadi mungkin untuk 2020 kami masih net loss, itu kombinasi dari berbagai hal," jelas dia dalam media gathering yang digelar secara daring, Selasa (8/12).
Untuk proyeksi di tahun 2021, Hilmi menegaskan bahwa kinerja MEDC akan tergantung dari suksesnya vaksinasi, Covid-19, pemulihan ekonomi dan tren harga minyak. Dia bilang, anjloknya harga minyak tak lepas dari merosotnya permintaan selama pandemi Covid-19 yang mencapai 30%-50%.
Harga minyak pun jatuh dengan rerata di bawah US$ 40 per barel. Dengan adanya vaksinasi dan pemulihan ekonomi, Hilmi berharap demand kembali menanjak dan harga minyak bisa kembali stabil di level US$ 50 - US$ 60 per barel.
"Sebagai perusahaan minyak dengan cost yang relatif rendah, saya berharap harga minyak sekitar US$ 50-US$ 60. Itu bagus buat kami, bagus buat konsumen. Mudah-mudahan ekonomi membaik, harga meningkat, sehingga kita siap melakukan ekspansi lagi," tutur Hilmi.
Meski begitu, penurunan harga minyak untungnya tidak terjadi pada harga tembaga dan emas sebagai komoditas utama AMNT. Sebaliknya, harga tembaga dan emas justru merangkak naik di masa pandemi.
Baca Juga: Medco E&P teken amandemen perjanjian jual beli gas domestik
AMNT pun melaporkan laba kuartal III sebesar US$ 21 juta, yang merupakan laba per kuartal pertama sejak 2016 dengan produksi pertama dari fase 7 serta ditopang oleh harga tembaga dan emas yang lebih tinggi.
Hilmi berharap, vaksinasi bisa segera dilakukan sehingga mendorong pemulihan demand energi dan ekonomi.
"2021 saya nggak bisa komentar, tapi sangat bergantung pada harga komoditas. Emas dan tembaga masih kuat, tetapi minyak saya tidak tahu. Saya optimis vaksin sukses, ekonomi akan rebound, harga minyak naik. Kalau itu naik, Insha Allah 2021 kita akan lebih baik," pungkas Hilmi.
Selanjutnya: Medco Energi (MEDC) masih berniat ekspansi bisnis di tahun depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News