kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,16   -5,20   -0.56%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melemahnya Rupiah Terhadap Dolar AS Tingkatkan Beban Usaha Pelaku Bisnis Tanah Air


Minggu, 02 Oktober 2022 / 17:54 WIB
Melemahnya Rupiah Terhadap Dolar AS Tingkatkan Beban Usaha Pelaku Bisnis Tanah Air
ILUSTRASI. Melemahnya Rupiah Terhadap Dolar AS Tingkatkan Beban Usaha Pelaku Bisnis Tanah Air. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.


Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekuatan dolar Amerika Serikat (AS) masih menekan laju mata uang rupiah. Kondisi melemahnya rupiah terjadi akibat memburuknya ekonomi global karena kenaikan inflasi dan agresifnya kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menuturkan, setidaknya ada dua dampak peningkatan beban usaha yang muncul sebagai imbas dari depresiasi rupiah yang terjadi belakangan ini. 

Pertama, peningkatan beban perdagangan atau supply chain di sisi impor. Ini khususnya terjadi pada perusahaan dagang dan perusahaan yang memiliki frekuensi impor relatif tinggi.

Baca Juga: Krisis Ekonomi di Amerika dan Eropa Pengaruhi Kinerja Ekspor Furnitur Tanah Air

"Pelemahan rupiah tidak hanya menggelembungkan harga komoditas impornya tetapi juga biaya-biaya lain seputar kegiatan impornya seperti shipment, insurance, biaya transaksi dagang, dan lain-lain," ungkap Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani, kepada Kontan.co.id, Minggu (2/10). 

Dampak kedua hadir dalam bentuk peningkatan beban pinjaman luar negeri, khususnya terhadap perusahaan yang memiliki pinjaman asing, seperti PMA dengan modal pinjaman dari negara-negara yang saat ini mengalami krisis inflasi tinggi.

Menurut Shinta, peningkatan ini cukup rentan karena tren suku bunga pinjamannya sendiri sedang naik di negara asal (peningkatan beban pinjaman secara intrinsik) dan ditambah dengan penggelembungan yang terjadi akibat pelemahan nilai tukar mata uang. 

"Keduanya akan menekan kecukupan dan kelancaran cashflow perusahaan, sehingga kalau tidak di-manage dengan baik, kinerja perusahaan bisa sangat terganggu," kata dia. 

Terkait dengan antisipasi para pelaku usaha, Kadin menilai strategi yang diterapkan setiap perusahaan tentu akan berbeda, ini bergantung pada kondisi usaha dan juga vulnerability yang dimiliki.  

Bagi perusahaan yang mengalami peningkatan beban dari pelemahan mata uang karena perdagangan (impor), bisa melakukan diversifikasi impor, baik dengan cara mencari supply dari negara supplier lain yang bisa memberikan harga lebih bersaing ataupun men-diversifikasi supply-nya dengan mencari supply dalam negeri.

Baca Juga: Didorong Kenaikan Harga BBM, Sejumlah Ekonom Prediksi Inflasi September Lebih Tinggi

Namun kembali lagi, strategi ini bisa dilakukan ketika alternatif atau diversisifikasi supply tersebut tersedia. "Kalau tidak ada, satu-satunya strategi adalah dengan meningkatkan efisiensi usaha dari komponen biaya usaha lain, mengatur kecukupan forex pada kas dan kalau diperlukan dengan menaikkan harga jual pasar untuk meng-offset kenaikan beban yang terjadi," jelas Shinta. 

Sedangkan strategi bagi perusahaan yang memiliki kenaikan beban karena efek pinjaman asing akan lebih beragam. Ini berkaitan dengan perhitungan perusahaan dan juga investor terhadap investasinya di Indonesia. 

Selain itu, bentuk kerja sama permodalan juga jadi jadi salah satu hal yang bisa berpengaruh terhadap strategi yang bisa dijalankan perusahaan. 

"Misalnya ada yang bisa memberikan keringanan atau penurunan bunga, penundaan pembayaran pinjaman, mempertimbangkan restrukturisasi, mengkonversi menjadi kepemilikan saham, dan lain-lain," tutup Shinta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×