Reporter: Filemon Agung | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina punya sejumlah program kerja untuk implementasi dan akselerasi Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam beberapa tahun mendatang.
Pertamina melalui PT Pertamina Power Indonesia (PPI) sebagai Subholding Power and Renewable Energy Pertamina atau Pertamina NRE memproyeksikan kebutuhan investasi akan mencapai US$ 12 miliar.
Corporate Secretary Pertamina NRE Dicky Septriadi mengungkapkan, kebutuhan investasi tersebut untuk mendanai program Pertamina NRE mengejar kapasitas terpasang EBT mencapai 10 GW dan proyek lainnya.
"Fokus utama di 2 sampai 3 tahun pertama adalah PLTS di internal Pertamina yang memiliki potensi hingga 500 MW," kata Dicky kepada Kontan, Minggu (21/11).
Baca Juga: Jokowi minta PLN perjelas grand strategy transisi energi ke EBT
Dicky melanjutkan, proyek strategis lainnya yakni gas to power, geothermal hingga pengembangan hidrogen.
Adapun, saat ini untuk implementasi PLTS telah terealisasi di kompleks Kilang Cilacap sebesar 1,4 MW, 99 titik SPBU dari target 5.000 SPBU, PLTS Sei Mangkei sebesar 2 MW dan PLTS di Kompleks Kilang Dumai sebesar 2 MW. "Untuk hidrogen, saat ini sedang tahap kajian perizinan serta persiapan lainnya," ujar Dicky.
Kontan mencatat, untuk pengembangan hidrogen, Pertamina bakal melakukan pengembangan pada Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) eksisting.
Sebagai tahapan awal, produksi green hydrogen ditargetkan sebesar 100 kilogram (kg) per hari dan dapat dimulai pada tahun ini.
Baca Juga: Jokowi minta transisi energi jangan diulur