kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Melonjaknya Harga Bahan Baku Menekan Industri Kabel


Rabu, 08 Juni 2022 / 19:40 WIB
Melonjaknya Harga Bahan Baku Menekan Industri Kabel
ILUSTRASI. Buruh menarik kabel PLN untuk diangkut ke dalam truk di kawasan Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, Rabu (16/9/2015). KOMPAS/AGUS SUSANTO


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kabelindo Murni Tbk (KBLM) mengungkapkan bahwa rugi yang dialami perusahaan di tahun lalu akibat melonjaknya harga bahan baku. Bahan dasar produksi kabel yakni Aluminium dan Tembaga mengalami peningkatan yang signifikan.

“Penyebab kerugian penjualan di tahun 2021 adalah kenaikan signifikan tembaga dan aluminium yang tidak dapat diimbangi dengan harga jual. Sehingga berdampak negatif pada laba bruto,” ujar Direktur Kabelindo Murni Andika Saputra Wongkar dalam paparan publik virtual, Rabu (8/6).

Andika mengatakan, naiknya harga tersebut dapat terlihat pada harga tembaga yang menembus US$ 9.300/ton pada tahun 2021, naik signifikan dari tahun 2020 sebesar US$ 9.000/ton.

Seperti diketahui, di tahun lalu KBLM hanya mampu mencatatkan penjualan Rp 1,21 triliun dari target penjualan yang dibidik Rp 1,5 triliun. Alhasil, perseroan mencatatkan rugi neto berjalan Rp 13 miliar di tahun lalu.

Baca Juga: Kantong Tebal Vale Indonesia (INCO) Berkat Tingginya Nikel

Namun, di tahun ini perseroan menilai penyesuaian harga jual sudah bisa dilakukan. Andika bilang, langkah penyesuaian harga jual produk tersebut guna menyiasati melonjaknya harga bahan baku sebab inflasi tinggi yang terjadi saat ini.

“Di tahun 2022 ini, kami sudah bisa menyesuaikan harga jual. Terbukti di kuartal pertama tahun ini, sudah membukukan net pforit naik signifikan dari rugi. Penjualan tercatat sebesar Rp 473 miliar,” tambah Andika.

Hanya saja, KBLM tidak mengungkapkan seberapa besar kenaikan harga jual tersebut. Yang jelas, lanjut Andika, perseroan akan meningkatkan efisiensi dalam pemilihan bahan baku dan melakukan strategi penyesuaian harga jual terhadap bahan baku.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail membenarkan bahwa industri kabel tertekan kenaikan harga bahan baku. 

“Jelas, ada tekanan pada industri kabel karena harga material logam dan sejenisnya yang menjadi bahan dasar produksi kabel naik tinggi,” ungkap Noval kepada Kontan, Rabu (8/6). 

Baca Juga: Kinerja Kuartal I-2022 Masih Loyo, Begini Penjelasan HK Metals Utama (HKMU)

Noval menambahkan, material impor juga sekarang mahal dan susah didapatkan. Hal tersebut tak lain sebab adanya kondisi perang Rusia dan Ukraina sehingga mempengaruhi industri secara global, dan membuat harga kabel menjadi naik.

Apalagi, industri kabel tidak dapat asal menyiasati lonjakan harga bahan baku dengan mengurangi besaran kapasitas kabel. Noval bilang, karena industri kabel sudah mempunyai standar yang telah disepakati maka produk kabel tidak dapat diperkecil ukuran ataupun tegangannya. 

Menurutnya, satu-satunya yang dapat dilakukan produsen kabel untuk menyiasati harga aluminium dan tembaga yang naik tinggi adalah menaikkan harga jual produk dan melakukan penyesuaian kembali harga jual (renegotiate).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×