Reporter: Noverius Laoli, Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kebijakan proteksi pangan kembali digulirkan Kementerian Pertanian (Kemtan) menyambut tahun yang baru. Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya, untuk tahun ini, Kemtan akan membatasi kebijakan impor sejumlah komoditas pangan strategis seperti beras, jagung, dan produk hortikultura.
Keran impor kemungkinan hanya akan dibuka untuk komoditas yang selama ini masih bergantung dari luar negeri seperti kedelai, daging sapi, dan gula. Kebijakan pembatasan impor pangan ini diharapkan dapat mendorong konsumen termasuk industri untuk mengutamakan produksi pangan dalam negeri.
Triastuti Andajani, Kasubdit Bahan Pakan Kemtan mengatakan, Kemtan tidak lagi memberikan rekomendasi impor jagung untuk pakan ternak tahun ini.
Ia beralasan, pemerintah telah menambah luas areal penanaman jagung di lahan khusus seluas 2 juta hektare (ha) dan telah melakukan kerja sama penyerapan dan pembelian hasil panen jagung oleh pabrik pakan.
Prediksi produksi pakan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) tahun 2017 adalah 18,5 juta ton, sehingga dibutuhkan jagung 9,25 juta ton. Sedang kebutuhan jagung peternak mandiri 3,6 juta dengan rata-rata 300.000 ton per bulan. "Perkiraan kebutuhan jagung sebagai bahan pakan ternak adalah 12,85 juta ton atau rata-rata 1,1 juta ton per bulan," ujar Triastuti, Rabu (4/1).
Sementara itu, Yanuardi, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kemtan menyatakan tengah berupaya membatasi impor kentang industri jenis atlantik tahun ini, bila varietas ini sudah diproduksi dalam negeri. Pasalnya, kentang Atlantik tidak ditanam petani lantaran pasar produk ini terbatas pada kebutuhan industri.
Sementara itu, untuk impor produk hortikultura lainnya, seperti bawang dan cabai, Kemtan memastikan tidak akan membuka lagi tahun ini. Hal itu di dasarkan pada klaim Kemtan bahwa produksi hortikultura dalam negeri telah dapat memenuhi permintaan pasar lokal.
Sedangkan untuk beras, Kepala Biro Humas Kemtan Agung Hendriadi menambahkan, mulai tahun ini, Kemtan tidak akan menerbitkan rekomendasi impor beras. Pasalnya, produksi gabah tahun 2016 telah mencapai 79,14 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) setara 44,31 juta ton beras. Sementara, kebutuh beras sebesar 32,04 juta ton. Artinya ada surplus beras 12,27 juta ton.
Relaksasi impor sapi
Sementara itu, Agung bilang, untuk komoditas lain seperti daging sapi, impor masih dibuka bagi Perum Bulog. Rencananya, perusahaan plat merah ini akan memperpanjang izin impor daging kerbau tahun 2017 sebesar 22.000 ton dari izin tahun lalu yang sebesar 70.000 ton yang baru terealisasi 48.000 ton.
Sedangkan untuk impor sapi bakalan, Kemtan tetap membuka keran impor sapi bakalan seperti biasa, karena syarat khusus seperti wajib impor sapi indukan sebanyak 20% dari total kuota impor baru berlaku tahun depan.
Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan menyebut, Kemdag akan merelaksasi aturan impor sapi bakalan, yakni mengizinkan berat sapi bakalan yang diimpor maksimal 550 kilogram (kg) dari sebelumnya 350 kg per ekor.
Tidak hanya itu, tahun ini, Kemdag juga telah mengeluarkan izin impor gula mentah untuk memenuhi kebutuhan industri gula rafinasi Januari - Juni sebesar 1,5 juta ton.
Enggar bilang, izin tersebut sudah diberikan kepada 11 perusahaan. Hanya , ia belum tahu kapan gula mentah impor tersebut akan masuk. Menghindari kebocoran ke pasar, Kemdag bilang akan mengubah sistem distribusi gula rafinasi ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News