Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hujan buatan tampak mengguyur kawanan katak di dalam kolam-kolam berukuran 5 x 5 meter. Asal tahu saja, katak-katak tersebut bukanlah katak biasa. Kumpulan katak yang jumlahnya mencapai 30-an ekor tersebut lebih dikenal dengan katak lembu atau bullfrog. Katak jenis ini merupakan salah satu komoditi ekspor andalan. Jika pintar mengelolanya, seorang pengusaha katak bisa mendapatkan untung yang sangat lumayan.
Nah, Kurniawan yang merupakan salah satu pembudidaya katak lembu sudah membuktikan hal ini. Pegawai dinas pekerjaan umum Sragen ini sudah lima tahun nyambi sebagai pembudidaya bullfrog. Kurniawan melihat peluang budidaya bullfrog sangat baik karena termasuk komoditas yang masih jarang dengan pangsa pasar tertentu.
Meski demikian, untuk terjun ke dalam bisnis ini memang membutuhkan ketelatenan khusus. Kurniawan sendiri membudidayakan bullfrog di dalam 40 kolam. Dari kolam tersebut, rata-rata setiap bulannya Kurniawan mampu menjual sampai 1,5 kuintal bullfrog yang harganya saat ini mencapai Rp 44.000 rupiah perkilo. "Kalau musim kemarau seperti sekarang , harganya cukup mahal. Tapi harga stabilnya antara Rp 32.000 - 35.000 rupiah,” jelas Kurniawan.
Menurut Kurniawan, pasar bullfrog saat ini masih terbuka lebar. “Saya cukup kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar yang besar," jelasnya. Itu sebabnya, selain menjual produksi sendiri, ia juga menjadi pengepul dari daerah sekitarnya yang merupakan para pembudidaya skala kecil. Biasanya, para pengepul datang langsung dari Surabaya, Semarang dan Jakarta. Dengan demikian, dalam sebulan Kurniawan bisa menjual 2- 5 kuintal bullfrog.
Kurniawan sendiri pernah menjajal pangsa luar negeri. Akan tetapi ia merasa kesulitan untuk memenuhi kontinuitas produksi. Ia mengakui, harga untuk ekspor lebih mahal dengan kisaran 150 % - 200 % dari harga dalam negeri. "Dulu, dalam sehari, saya harus memenuhi 50 kg bullfrog. Itupun harus ukuran 1-1,5 kilo. Tapi saya keteteran, " katanya.
Sayang, Kurniawan tidak bisa memastikan berapa pengeluarannya untuk operasional. Yang pasti, pakan untuk bullfrog tidak terlalu mahal. " Bullfrog jenis bludru kami beri makan cacing sutera atau kutu air. Sedangkan precil biasanya diberi dedak, lalu yang besar kami beri konsentrat, jangkrik hidup atau belalang," paparnya.
Selain kurniawan, di kawasan Tangerang pun ada seorang lagi pembudidaya katak lembu bernama Anho. Anho bilang, katak lembu yang ia budidaya ditujukan khusus untuk memenuhi pasar Jakarta dan sekitarnya. Diprediksi, bulan November nanti Anho, akan memanen kurang lebih 1000 ekor katak lembu. Menurut Anho, biaya operasional pemeliharaan katak lembu paling banyak digunakan untuk pakan. "Saya memberi pakan lele, sebulan mungkin sekitar 1000 ekor atau 30 kilogram, " kata Anho.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News