Reporter: Handoyo | Editor: Fitri Arifenie
JAKARTA. Selain daging sapi impor yang menurut aturan harus dijual hanya di ritel modern, sumber daging sapi dari sapi yang dipotong di dalam negeri adalah sapi lokal, sapi bakalan impor yang digemukkan di dalam negeri, dan yang terbaru di bulan Juli dan Agustus ini adalah dari sapi siap potong.
Untuk sapi lokal dan sapi hasil penggembukan sapi bakalan impor, setidaknya ada tiga tahapan sebelum dagingnya sampai di konsumen. Yaitu proses pemeliharaan dan penggemukan, kemudian masuk rumah potong hewan (RPH) dan kemudian didistribusikan ke pedagang. Sedang sapi impor siap potong langsung masuk RPH sebelum didistribusikan.
Tidak ada data berapa biaya pemeliharaan sapi lokal. Hanya menurut informasi yang diperoleh Kontan, harga jual sapi lokal ke RPH berkisar sekitar Rp 31.000 hingga Rp 32.000 per kilogram (kg) sapi hidup. Sementara untuk sapi hasil penggemukan, harga jual ke RPH Rp 30.000 per kg hidup. Harga yang sama juga berlaku untuk sapi impor siap potong.
Kemudian harga daging dari RPH ke distributor berkisar antara Rp 67.000 hingga Rp 77.000 per kg. Rentang harga ini memang cukup jauh. Yang termahal justru harga daging sapi lokal, khususnya jenis sapi bali yang mencapai Rp 77.000 per kg, sementara harga daging sapi impor yang digemukkan terlebih dulu maupun yang tidak, berkisar antara Rp 67.000 hingga Rp 72.000 per kg.
Melihat data-data tersebut, tampaknya pedagang daging memang menikmati keuntungan yang cukup tinggi sejak gejolak harga daging beberapa waktu belakangan ini di mana harga daging melonjak hingga diatas Rp 100.000 per kg.
Keuntungan para pengusaha penggemukan atau feedlot juga cukup tinggi. Menurut Indra Hasan, seorang pengusaha Indonesia yang memiliki peternakan sapi Indo Primo Smallgoods di Australia, harga sapi bakalan di Australia ditingkat petenak tidak lebih dari US$ 1,6 per kilogram (kg) berat hidup. Namun, karena ada berbagai biaya, sebut saja untuk pengapalan dan juga sewa kandang, harga sapi bakalan setelah sampai di Jakarta mencapai sekitar US$2,6 per kg (sekitar Rp 26.000 dengan kurs dollar Rp 10.000). Ia menyebutkan, setelah digemukkan selama 3-4 bulan dan telah mencapai berat ideal 450-500 kg, keuntungan para peternak sapi bakalan tersebut hanya sekitar Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kg hidup. Artinya, minimal feedlot memperoleh untung Rp 2,25 juta per ekor dalam 3-4 bulan tersebut. Bayangkan saja jika menggemukkan ribuan ekor sapi.
Sementara itu, untuk harga sapi siap potong impor, menurut Indra, harga belinya lebih murah lagi dibandingkan sapi bakalan. Saat ini harga sapi siap potong asal Australia hanya dibanderol US$ 2,4 per kg. Dengan tambahan pajak, maka harga sapi siap potong tersebut sekitar US$ 2,7 -2,8 per kg atau sekitar Rp 27.000 hingga Rp 28.000 per kg hidup.
Toh Juan Permata Adoe, Presiden Direktur PT Bina Mentari Tunggal (BMT) yang juga mendapat jatah impor sapi siap potong mengklaim keuntungan yang diperoleh juga sangat sedikit. "Keuntungan kita hanya sekitar Rp 2.000 per kg," ujar Juan.
Dalam rangka stabilisasi harga daging saat Ramadan, BMT mendapat jatah alokasi impor sebanyak 6.500 ekor. Hingga Selasa kemarin (13/8), BMT telah merealisasikan impor sapi siap potong sebanyak 2.978 ekor. Sedangkan sisanya akan diimpor pada tanggal 18 Agustus.
Juan mengatakan, dari jumlah sapi siap potong yang telah diimpor tersebut, sebanyak 1.478 ekor sudah dipotong. Sedangkan sekitar 1.500 ekor akan mulai dipotong mulai kemarin. Ia mengaku, daging sapi impor siap potong tersebut ia banderol Rp 80.000 per kg. n
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News