kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.968.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.296   -38,00   -0,23%
  • IDX 7.118   -48,47   -0,68%
  • KOMPAS100 1.035   -9,01   -0,86%
  • LQ45 795   -6,82   -0,85%
  • ISSI 230   -1,51   -0,65%
  • IDX30 414   -1,63   -0,39%
  • IDXHIDIV20 485   -0,53   -0,11%
  • IDX80 116   -0,98   -0,84%
  • IDXV30 119   0,20   0,16%
  • IDXQ30 133   -0,23   -0,17%

Menengok Ketatnya Persaingan Mobil Listrik di Indonesia yang Pasarnya Masih Kecil


Senin, 16 Juni 2025 / 19:57 WIB
Menengok Ketatnya Persaingan Mobil Listrik di Indonesia yang Pasarnya Masih Kecil
ILUSTRASI. Penjualan mobil listrik di pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (21/4/2025). Merek mobil listrik asal Tiongkok masih sangat mendominasi pasar Indonesia. Selama tiga bulan pertama tahun 2025. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) mencatat penjualan mobil listrik di Indonesia menyentuh angka 15.987 unit./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/211/04/2025.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pasar mobil listrik di Indonesia belum besar, kompetisi antar produsen kendaraan elektrifikasi kian memanas. Sejumlah merek global mulai agresif menggarap ceruk kendaraan ramah lingkungan, termasuk pemain asal Tiongkok seperti BYD, yang kini menguasai lebih dari 50% pangsa pasar Battery Electric Vehicle (BEV) di Tanah Air.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Jongkie Sugiarto, mengakui bahwa persaingan semakin ketat. “Semakin banyak merek yang meluncurkan mobil listrik, dan para APM tentu punya strategi pemasaran masing-masing untuk memikat konsumen,” ujarnya kepada Kontan, Senin (16/6).

Data Gaikindo mencatat, pertumbuhan pasar BEV di Indonesia mengalami lonjakan signifikan dalam lima tahun terakhir. Penjualan yang hanya 125 unit pada 2020 melonjak menjadi 43.188 unit di tahun 2024—naik lebih dari 34.000%.

Baca Juga: Mengapa Mobil Listrik Bekas Masih Sulit Terjual di Indonesia? Ini Alasannya

Meskipun pertumbuhan terlihat impresif, pangsa pasar mobil listrik masih relatif kecil dibandingkan total penjualan mobil nasional yang pada kuartal I/2025 justru mengalami penurunan 4,7% secara wholesales dan 8,9% secara ritel. “Kita selalu optimis, tetapi juga harus realistis. Pasar mobil listrik akan tumbuh, namun tantangannya tidak sedikit,” lanjut Jongkie.

GAIKINDO menilai dukungan pemerintah tetap menjadi kunci. “Penjualan BEV, PHEV, dan HEV akan terus meningkat, tapi kenyamanan pengguna harus diperhatikan. Pemerintah harus terus menambah infrastruktur, khususnya SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum),” tegas Jongkie.

Dukungan pemerintah mulai terlihat sejak terbitnya PMK Nomor 38 Tahun 2023 yang mengatur subsidi mobil listrik, dan diproyeksikan bakal berkembang dengan insentif untuk model hybrid. Namun, rencana pengakhiran insentif untuk kendaraan impor utuh (CBU) di akhir 2025 dinilai menjadi tantangan baru, terutama bagi pabrikan baru yang belum melakukan produksi lokal.

Asal tahu saja, Skema ini sebelumnya memberikan kemudahan seperti pembebasan bea masuk, PPN hanya 2%, serta PPnBM 0%. Tanpa insentif ini, harga mobil listrik impor bisa melonjak tajam, berpotensi menurunkan daya saing.

Baca Juga: BKPM: Indonesia Targetkan Jadi Lima Besar Produsen Baterai Mobil Listrik pada 2040

Merespon dinamika ini, BYD mempercepat rencana strategis mereka: membangun pabrik lokal. Fasilitas produksi ini ditargetkan selesai pada akhir 2025 dan mulai beroperasi di 2026. 

Menurut Kepala Divisi Marketing dan PR BYD Indonesia, Luther Pandjaitan, pembangunan pabrik bukan semata untuk memenuhi syarat insentif, tapi merupakan strategi jangka panjang yang bertujuan memperkuat posisi BYD di pasar Indonesia serta menjawab tantangan pemenuhan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN).

“Produksi lokal ini bagian dari komitmen kami di Indonesia, bukan hanya karena insentif berakhir. Ini strategi untuk jangka panjang, untuk menjawab tantangan industri,” ujar Luther.

Selain memperkuat lini BEV, BYD juga membuka peluang ekspansi ke segmen Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), seiring dengan wacana insentif baru dari pemerintah untuk kendaraan hybrid. 

Sejak masuk resmi ke pasar Indonesia pada Januari 2024, BYD bergerak cepat dengan mencatatkan penjualan 4.307 unit (termasuk Denza) hanya pada April 2025. Model seperti BYD Sealion dan M6 menempati daftar terlaris. 

Presiden Direktur BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao, menyatakan bahwa inovasi ini merupakan bagian dari misi perusahaan untuk menghadirkan mobilitas cerdas di Indonesia. "Kami juga berkomitmen untuk menghadirkan teknologi kami yang paling canggih dan andal ke Indonesia,” ujar Zhao.

Baca Juga: Mobil Listrik BYD Tetap Laris Meski Otomotif Lesu, Cek Harga Atto M6 Denza Juni 2025

Namun dominasi BYD mendapat tantangan dari Toyota yang mengandalkan pendekatan multi-pathway. Philardi Ogi, PR Manager Toyota Astra Motor, menyebut bahwa Toyota kini menghadirkan 22 model elektrifikasi (Toyota & Lexus), dengan distribusi penjualan merata di lebih dari 85% wilayah Indonesia, terutama di segmen Hybrid EV.

"Keunggulan Toyota adalah fleksibilitas pilihan untuk menjangkau semua segmen pasar. Model seperti Kijang Innova dan Avanza tetap menjadi tulang punggung, dengan integrasi elektrifikasi yang terus berkembang," katanya.

Meski banyak pemain baru masuk, industri sepakat bahwa membangun pasar adalah tantangan utama. Peningkatan adopsi kendaraan listrik perlu disertai upaya edukasi konsumen, insentif pembelian, dan ekosistem yang mendukung dari sisi infrastruktur hingga layanan purnajual.

Baca Juga: Penjualan Mobil Listrik Tembus 53.650 unit per Mei 2025, Mobil Baterai Terbesar

Selanjutnya: Impor Produk dari China Kian Melonjak, APSyFI Minta Bea Masuk Anti-Dumping

Menarik Dibaca: Ini Cara Lunasi Cicilan Pinjaman Rp 10 Juta Setiap Bulanan dan Biaya Tersembunyi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×