Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam industri tekstil yang semakin ketat persaingannya, PT Trisula International Tbk (TRIS) terus mengupayakan strategi untuk tetap kompetitif di tengah dominasi produk impor murah.
Widjaya Djohan, Direktur Utama Trisula International, menjelaskan bahwa salah satu langkah kunci yang diambil perusahaan adalah dengan memasuki segmen pasar spesifik yang berbeda dari produk-produk impor massal.
“Penjualan tekstil memang cenderung menurun hingga awal 2024, terutama karena banyaknya barang impor murah yang masuk ke dalam negeri," ungkap Widjaya saat dihubungi media KONTAN, Jumat (8/11).
Baca Juga: Optimistis Capai Target 2024, Ini Strategi Trisula International (TRIS) di Sisa Tahun
Namun, Trisula Group berbeda karena fokus kami adalah pada produk-produk berkualitas tinggi yang membidik segmen niche market. "Produk kami memiliki standar kualitas yang berbeda dibandingkan produk impor murah yang oversupply di pasar,” ujar Widjaya.
TRIS menggarap pasar menengah atas untuk lini ritel dan fokus pada konsistensi kualitas untuk mempertahankan loyalitas pelanggan, sehingga tak bersaing langsung dengan produk impor murah.
“Hal ini tercermin dalam kinerja keuangan kami yang masih cukup baik di 2024. Banyak pemain lain mengalami tekanan finansial, tetapi ekosistem kami yang terintegrasi dari hulu ke hilir memungkinkan kami untuk beradaptasi dengan perubahan di industri ini,” jelas Widjaya.
Selain pasar domestik, TRIS juga memperluas market ekspor ke berbagai negara, terutama ke segmen Business-to-Business (B2B) dengan brand internasional terkemuka. “Mayoritas penjualan kami adalah B2B, yang memberikan pendapatan stabil dengan pelanggan yang loyal,” tambahnya.
Sebagai perusahaan dengan pengalaman lebih dari lima dekade, TRIS melihat peluang di industri tekstil masih cukup menjanjikan, terutama di luar produk impor murah dari China.
Widjaya mengungkapkan bahwa meskipun Indonesia mengalami penurunan peringkat sebagai eksportir tekstil dunia, hal ini justru menjadi peluang bagi TRIS untuk berekspansi dan menjangkau pasar yang lebih luas.
“TRIS menargetkan pasar pakaian ekspor global dengan segmen tertentu untuk ekspansi, terutama karena banyak pelanggan B2B yang cenderung melakukan repeat order jika sudah cocok dengan kualitas yang kami tawarkan,” ujar Widjaya. Di segmen B2C, perusahaan berfokus pada konsumen menengah atas dengan daya beli yang stabil bahkan meningkat.
Menanggapi tantangan persaingan dari produk impor, TRIS menawarkan value added melalui kualitas produk dan value chain yang teroptimalkan. Perusahaan juga aktif mengevaluasi dan mencari peluang di pasar baru, termasuk Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Singapura, yang menjadi pasar ekspor utama.
Untuk itu, TRIS optimistis mampu mempertahankan daya saing dan meningkatkan kontribusinya di industri tekstil nasional di tengah tantangan dari produk impor.
"Dengan terus mengeksplorasi negara tujuan ekspor baru, TRIS dapat memitigasi risiko ketergantungan terhadap satu negara,” pungkas Widjaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News