Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa skema penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi baru hampir final.
Saat ini, Bahlil dan tim perumus penyaluran BBM bersubsidi masih menunggu untuk melaporkan hasil pembahasan ke Presiden Prabowo Subianto yang sedang berada di luar negeri.
"Subsidi BBM sudah hampir final skemanya. Kita nanti tunggu Bapak Presiden balik. Kami akan laporkan secara komprehensif ke Bapak Presiden. Setelah itu saya akan mengumumkan kepada teman-teman wartawan," kata Bahlil di Kementerian ESDM, Jumat (22/11).
Sebelumnya, Bahlil Lahadalia bersama dengan timnya telah merumuskan tiga jenis formulasi penyaluran subsidi energi untuk bahan bakar minyak (BBM) dan listrik yang akan ditawarkan dan diputuskan di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Baca Juga: Daya Beli Sulit, Masyarakat Makin Menjerit Dihantam Kenaikan Tarif PPN 12%
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah ditunjuk sebagai Ketua Tim oleh Presiden Prabowo Subianto dalam Rapat Terbatas untuk memimpin tim dalam menentukan formulasi subsidi energi yang tepat sasaran.
Bahlil mengungkapkan tiga jenis formulasi penyaluran subsidi energi ini disiapkan dengan tujuan agar penyaluran subsidi energi bisa tepat sasaran. Pertama, mengalihkan subsidi energi berbasis kuota atau barang yang telah berlaku selama ini menjadi bantuan langsung tunai (BLT).
Namun, Bahlil menyayangkan jika subsidi energi diubah menjadi BLT, maka rumah sakit, sekolah, gereja, masjid, transportasi umum hingga UMKM tidak lagi mendapatkan subsidi energi.
"Kalau ini kita alihkan ke BLT, maka rumah sakit, sekolah, gereja, masjid, yang selama ini mendapatkan subsidi, itu berarti enggak dapat [subsidi energi]," kata Bahlil dalam Rapat Kerja dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (13/11).
Formulasi kedua, kata Bahlil, dengan mempertahankan subsidi berbasis barang atau kuota untuk fasilitas umum dengan tujuan menahan inflasi. Selain fasilitas umum, maka subsidinya tetap dialihkan menjadi BLT.
Baca Juga: Pengetatan Standar BBM Diperlukan untuk Kurangi Polusi Udara di Indonesia
"Nah, kira-kira kita membuat alternatif kedua. Alternatif kedua adalah, yang semuanya fasilitas umum untuk bisa menahan inflasi, tetap dia subsidi-nya berbentuk barang. Selebihnya kita pakai BLT," ujar Bahlil.
Untuk alternatif penyaluran subsidi energi ketiga, Bahlil menyebut timnya tengah memformulasikan sebagian subsidi barang bisa dinaikkan angkanya. Namun, Bahlil belum bisa memberikan secara detail karena formulasi ini masih dalam pembahasan.
Lebih lanjut, Bahlil memastikan subsidi liquefied petroleum gas (LPG) tetap berbentuk barang dan tidak dialihkan menjadi BLT. Sebab, formulasi ini dilakukan sejalan dengan aspirasi khususnya dari pelaku usaha dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Selanjutnya: Oil Heads for Weekly Gains as Ukraine War Intensifies
Menarik Dibaca: Solusi Investasi ESG, Eastspring Rilis Reksadana Indeks Eastspring ESGQ45 IDX KEHATI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News