Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terganggu pada kuartal I-2020 lalu. Terbukti, pendapatan ADRO menyusut 11,34% (yoy) menjadi US$ 750,46 juta. Laba bersih perusahaan ini juga turun 17,35% (yoy) menjadi US$ 98,17 juta.
Padahal, volume produksi batubara ADRO masih bisa tumbuh 5% (yoy) menjadi 14,41 juta ton di kuartal pertama lalu. ADRO juga mencatatkan peningkatan volume penjualan batubara sebanyak 8% (yoy) menjadi 14,39 juta ton.
Baca Juga: Produksi 14,41 juta ton batubara di kuartal I-2020, ini kondisi bisnis batubara Adaro
Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira menyampaikan, kendati terjadi penurunan kinerja keuangan, pihaknya sejauh ini belum melakukan revisi terhadap target-target di tahun 2020.
Asal tahu saja, ADRO menargetkan produksi batubara sekitar 54 juta—58 juta ton di tahun ini. Di samping itu, EBITDA operasional ADRO dipatok berada di level US$ 900 juta-US$ 1,2 miliar. Adapun belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan ini ditargetkan di kisaran US$ 300 juta-US$ 400 juta.
Ia melanjutkan, di tengah pandemi Corona, ADRO sangat mengedepankan kesehatan dan keselamatan karyawan tanpa mengurangi produktivitas dalam operasional tambang.
“Setiap unit bisnis telah menyiapkan rencana manajemen krisis dan kami telah mengambil langkah tindakan pencegahan yang diperlukan untuk memastikan tidak ada gangguan,” ungkap dia, Jumat (15/5).
Baca Juga: Kinerja turun di kuartal pertama, saham Adaro Energy (ADRO) masih bisa dilirik
Di samping itu, Asia Tenggara masih menjadi pasar utama ADRO dalam menjual komoditas batubara di kuartal I-2020 dengan porsi 47% dari total volume penjualan. Indonesia dan Malaysia menjadi dua pasar terbesar ADRO di wilayah ini.
Meski dunia sedang dilanda wabah Corona, pengiriman batubara ADRO ke luar negeri sejauh ini masih berjalan sesuai dengan jadwal. “Pasar ADRO saat ini sudah cukup terdiversifikasi, sehingga salah satu strategi kami adalah diversifikasi bisnis tambang dengan masuk ke bisnis coking coal,” terang Febriati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News