kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,56   -6,79   -0.73%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mitra Komunikasi setia pada kota lapis kedua


Senin, 25 Juli 2016 / 13:19 WIB
Mitra Komunikasi setia pada kota lapis kedua


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Maraknya perdagangan online sepertinya tak membuat PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk jiper menjalankan bisnis melalui jaringan gerai fisik. Perusahaan tersebut percaya, gerai penjualannya dengan bendera Telering masih memiliki pangsa pasar tersendiri.

Namun, Mitra Komunikasi tak mau asal tubruk. Alih-alih berebut pasar di kota besar, mereka memilih strategi membuka gerai di kota lapis kedua alias kota dengan skala di bawah kota besar. Distributor telepon seluler (ponsel), gawai, dan voucher pulsa tersebut menilai, potensi pasar di kota lapis kedua masih cukup besar.

Tahun ini, Mitra Komunikasi mencanangkan target membuka 25 gerai. Dari awal tahun hingga minggu ketiga Juli ini, perusahaan itu sudah merealisasikan pembukaan 18 gerai baru. Jawa Barat menjadi lokasi terbanyak pembukaan gerai. Sebut saja di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Pamanukan.

Mitra Komunikasi masih akan melanjutkan pembukaan gerai di Jawa Barat hingga akhir tahun nanti. "Kalau di Bandung, kami malah tidak ada. Fokusnya ke kota kecil,"  terang Ornella Bartin, Sekretaris Perusahaan PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk, kepada KONTAN, Jumat (22/7).

Informasi saja, Mitra Komunikasi mengalokasikan dana investasi sebanyak Rp 1 miliar - Rp 1,5 miliar untuk membuka satu gerai. Sumber dana berasal dari kas internal dan hasil penjualan. Biasanya, satu gerai Telering berukuran luas 150 meter persegi (m²) - 300 m².

Selain strategi lokasi, Mitra Komunikasi akan menerapkan strategi harga. Perusahaan yang tercatat dengan kode saham MKNT tersebut mengklaim, harga jual yang ditawarkan oleh gerai Telering lebih murah ketimbang harga jual sejumlah lapak online.

Mitra Komunikasi rela mengantongi margin lebih kecil ketimbang pelaku bisnis lain. Pertimbangan mereka, margin lebih rendah justru membuat frekuensi penjualannya lebih tinggi. Alhasil, sirkulasi stok produk mereka lancar dan tak menumpuk di gudang.

Lantaran mematok harga lebih miring, Mitra Komunikasi mengaku, ada pelaku bisnis lain yang justru membeli produk dari gudang mereka. "Toko lain juga ada yang ambil ke kami karena sistem hitungannya lebih murah," klaim  Ornella.

Target dua kali lipat

Sejauh ini, strategi menyasar kota lapis kedua masih jitu membikin fulus gerai Telering berdering. Catatan Mitra Komunikasi, rata-rata penjualan setiap gerai Telering pada semester I-2016 mencapai Rp 2,5 miliar.

Penjualan pulsa menjadi sumber pendapatan utama. Sisanya berasal dari penjualan handset, tablet, modem, dan aksesori.

Mitra Komunikasi tak puas dengan catatan itu. Mereka berharap pendapatan gerai Telering bisa naik dua kali lipat lagi hingga akhir tahun ini. Target mereka, per gerai Telering mendatangkan pendapatan Rp 5 miliar.

Jika target itu terpenuhi, Mitra Komunikasi menghitung, bisa mencatatkan pendapatan Rp 100 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi pendapatan tahun 2015. Tahun lalu, penjualan bersih perusahaan ini sebesar Rp 608,2 miliar.

Sebelumnya, Mitra Komunikasi terlihat berambisi membesarkan bisnis voucher pulsa. Hal itu terlihat dari aksi mereka mendirikan dua anak perusahaan, yakni PT Mitra Sarana Berkat dan PT Mitra Telindo Nusantara. Mitra Komunikasi bermaksud menjadikan setiap anak perusahaan itu sebagai diler resmi voucher pulsa dari satu operator telekomunikasi.

Mitra Komunikasi mengempit 99% saham pada masing-masing anak perusahaan. Lantas sisa 1% saham berada dalam genggaman Roby Tan, yang tak lain menjabat sebagai Direktur PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×