Reporter: Dimas Andi | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) masih yakin dengan prospek bisnisnya di tengah tren penurunan harga komoditas batubara.
Seperti yang diketahui, harga batubara acuan (HBA) kembali tergerus di bulan Oktober menjadi US$ 64,8 per metrik ton. Ini merupakan level terendah dalam tiga tahun terakhir.
Baca Juga: Harga Batubara Mendera Kinerja Mitrabara Adiperdana (MBAP)
Terlepas dari itu, perusahaan dengan kode saham MBAP ini tidak akan mengurangi produktivitasnya menambang batubara. “Target produksi batubara kami di tahun ini masih di angka 4 juta ton,” ujar Sekretaris Perusahaan MBAP Chandra Lautan kepada Kontan, Jumat (11/10).
Angka tersebut naik sekitar 11% dibandingkan realisasi produksi batubara MBAP di tahun lalu sebanyak 3,6 juta ton. Sedangkan hingga akhir semester pertama lalu, perusahaan sudah berhasil memproduksi 2 juta ton batubara alias memenuhi 50% target produksi di tahun ini.
Chandra bilang, total produksi batubara MBAP di kuartal ketiga akan diumumkan bersamaan dengan rilisnya laporan keuangan perusahaan untuk periode yang sama.
Sekadar catatan, MBAP memproduksi batubara berkualitas tinggi yang memiliki kandungan abu dan sulfur rendah. Batubara kelolaan emiten tersebut terdiri dari berbagai tingkat kalori, mulai dari 5.000 kcal per kilogram, 5.200 kcal per kg, 5.400 kcal per kg, dan 5.700 kcal per kg.
Catatan Kontan, tambang milik MBAP berlokasi di Malinau, Kalimantan Utara dengan total cadangan batubara sekitar 25 sampai 28 juta ton.
Sebagian batubara yang diproduksi MBAP dipasarkan ke pasar ekspor. Beberapa negara pun menjadi tujuan ekspor MBAP, seperti India, China, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Jepang, Selandia Baru, Pakistan, hingga Sri Lanka.
Baca Juga: Meski Kinerja Tertekan Harga Batubara, Valuasi Saham PTBA Masih Menarik
Menurut Chandra, sejauh ini permintaan batubara dari luar negeri masih cukup stabil sekalipun kondisi global diliputi sejumlah ketidakpastian, seperti perang dagang dan potensi perlambatan ekonomi global. “Hanya saja tekanan harga batubara tetap akan berdampak pada performa year on year penjualan MBAP,” ungkap dia.
Ia juga menyebut, permintaan batubara MBAP untuk pasar domestik juga masih aman. Untuk pasar dalam negeri, MBAP memang sudah terikat kontrak penjualan batubara dengan PT Paiton Energy. Di paruh pertama lalu, nilai penjualan batubara ke PT Paitan Energy mencapai US$ 10,59 juta.
Di tengah tren pelemahan harga batubara, MBAP juga masih berusaha memenuhi kuota domestic market obligation (DMO) sebanyak 25%. “Untuk pelaporannya akan kami sampaikan pada akhir tahun ini,” kata Chandra.
Dia melanjutkan, pihak MBAP masih percaya bahwa upaya optimal dalam memproduksi batubara akan membuat kinerja keuangan perusahaan membaik di akhir tahun ini. Hal tersebut tentu dibarengi dengan strategi efisiensi yang berfokus pada pengurangan biaya operasional perusahaan.
Asal tahu saja, MBAP mencatatkan penurunan pendapatan 0,12% (yoy) dari US$ 128,09 juta di semester I-2018 menjadi US$ 127,93 juta di semester I-2019.
Di saat bersamaan, beban pokok penjualan MBAP meningkat menjadi US$ 85,43 juta di semester pertama tahun ini. Padahal, paruh pertama tahun lalu beban pokok penjualan perusahaan hanya mencapai US$ 67,91 juta.
Baca Juga: Kinerja Mitrabara (MBAP) tergerus penurunan harga batubara
Beban penjualan MBAP juga bertambah dari US$ 10,87 juta di semester satu 2018 menjadi US$ 15,25 juta di semester satu 2019.
Lantas, MBAP mengalami penurunan laba bersih sebanyak 51,50% (yoy) di semester pertama tahun ini menjadi US$ 16,73 juta. Di semester pertama tahun sebelumnya, perusahaan masih sanggup meraih laba bersih sebesar US$ 34,50 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News