Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penjualan mobil nasional masih berada dalam tren negatif. Salah satu cara untuk memantik kembali permintaan adalah pemberlakuan kebijakan insentif untuk mobil hybrid. Sayangnya, hal itu menimbulkan situasi dilema mengingat Indonesia juga sedang gencar mengembangkan industri mobil listrik.
Wacana pemberian insentif perpajakan untuk mobil listrik sebenarnya sudah mencuat sejak tahun lalu, namun hingga kini belum ada kepastian kapan kebijakan tersebut akan berlaku, termasuk skema insentifnya.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto mengatakan, pemerintah sedang mengkaji insentif pajak yang ditujukan untuk mobil hybrid.
Keunggulan mobil hybrid adalah harganya lebih murah ketimbang mobil listrik berbasis baterai, namun masih lebih mahal dibandingkan mayoritas mobil konvensional. Mobil hybrid juga tidak memerlukan charging station dan irit dalam penggunaan BBM.
“Insentif diharapkan dapat meningkatkan populasi mobil hybrid, sehingga pemakaian BBM secara nasional dapat ditekan,” jelas Jongkie, Senin (13/6).
Baca Juga: Gaikindo: Pasar Mobil Listrik Tak Akan Terganggu Apabila Mobil Hybrid Diberi Insentif
Sejauh ini, pasar mobil hybrid memang lebih besar ketimbang mobil listrik. Merujuk data Gaikindo, penjualan mobil hybrid nasional berada di level 17.256 unit per April 2024, jauh di atas penjualan mobil listrik yang tercatat sebanyak 7.745 unit.
PT Toyota Astra Motor (TAM) jelas menyambut positif rencana penerbitan insentif mobil hybrid karena ini merupakan salah satu cara mempercepat peralihan penggunaan teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Apalagi, pemerintah juga berusaha memenuhi target netral karbon tahun 2060.
"Dengan insentif tersebut, harga mobil hybrid akan lebih terjangkau bagi para konsumen," kata Marketing Director Toyota Astra Motor Anton Jimmi Suwandy, Senin (13/5).
Anton berpendapat, insentif untuk mobil hybrid tidak akan mempengaruhi eksistensi mobil listrik, mengingat masing-masing mobil memiliki teknologi dan karakter konsumen yang berbeda.
Toyota telah memasarkan beberapa mobil hybrid di Indonesia seperti Alphard HEV, Vellfire HEV, Kijang Innova Zenix HEV, RAV4 HEV, Yaris Cross HEV, Corolla Cross HEV, Corolla Altis HEV, dan Camry HEV. Bahkan, Kijang Innova Zenix dan Yaris Cross versi hybrid sudah diproduksi langsung di Indonesia.
Di sisi lain, Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia Franciscus Soerjopranoto menilai, inisiatif kebijakan berupa insentif mobil hybrid jelas akan mempengaruhi tren investasi mobil listrik. Pemerintah pun dianggap gamang dalam menentukan regulasi untuk mobil listrik Indonesia dan cenderung berupaya tetap menjaga industri mobil konvensional yang sudah eksis puluhan tahun.
"Sebagai jalan tengah, bisa saja pemerintah memberi insentif mobil hybrid, namun tidak sebesar insentif mobil listrik," ujar dia, Senin (13/5).
Baca Juga: Toyota Yakin Penjualan Mobil Hybrid Akan Makin Melonjak Ketika Ada Insentif
Pihak Hyundai mengapresiasi beragam insentif untuk mobil listrik, termasuk insentif impor mobil listrik utuh atau completely built up (CBU) bagi produsen yang berkomitmen investasi di Indonesia. Namun, Hyundai berharap pemerintah bisa memberi insentif lebih besar kepada agen pemegang merek (APM) otomotif yang sudah telanjur lebih dahulu investasi mobil listrik di Tanah Air.
Sementara itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan, pangsa pasar mobil listrik akan terdistorsi apabila insentif mobil hybird jadi diberlakukan.
Namun, hal ini tidak akan berlangsung lama apabila pembangunan fasilitas charging station dan penguatan layanan purna jual mobil listrik gencar dilakukan. Besaran potongan pajak pada mobil hybrid pun sebaiknya tidak disamakan dengan mobil listrik, karena biar bagaimanapun mobil hybrid masih mengkonsumsi BBM.
"Kalau tujuannya untuk kepentingan lingkungan, sebenarnya insentif mobil hybrid bisa membawa dampak positif," terang dia, Senin (13/5).
Jongkie juga berpendapat, penjualan mobil listrik dan mobil hybrid semestinya bisa tumbuh secara paralel. Pasar mobil listrik pun tidak akan tergerus sekalipun mobil hybrid disuntik insentif. “Konsumen yang mampu beli mobil listrik tentu dipersilakan. Bagi konsumen yang hanya bisa membeli mobil hybrid juga harus didukung,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News