Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pembangunan smelter tembaga oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) kini memunculkan kandidat lokasi baru.
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengungkapkan, ada potensi pembangunan smelter tembaga baru di Papua oleh PTFI. Dia pun menyebut, opsi ini muncul pasca diskusi yang dilakukan dengan Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia.
"Dalam pembicaraan dengan BKPM juga sudah diangkat dan disampaikan ada calon-calon investor yang memang bersedia untuk membiayai pembangunan (smelter) di Papua," kata Orias dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi VII DPR RI, Rabu (31/3).
Meskipun begitu, Orias memastikan opsi tersebut baru sampai pada tahapan pembicaraan awal. Menurutnya, pihaknya terbuka untuk rencana pembangunan smelter di Papua.
Orias menambahkan, opsi ini juga berpotensi terwujud jika nantinya kapasitas produksi dapat mencapai lebih dari 3 juta ton.
"Jadi kalau berproduksi kami bisa lebih dari 3 juta ton itu memang opsi untuk ada smelter baru di Freeport itu bisa dibuka," jelas Orias.
Nasib Smelter Gresik dan Weda Bay
Di sisi lain, Orias mengungkapkan pembangunan smelter di Gresik memang menemui kendala akibat Covid-19 yang mengakibatkan realisasi pengerjaannya tidak mencapai target dan telah dimonitor oleh Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM melalui kurva s.
"Di tengah menanti itu kami mendapatkan tawaran juga dari pihak lain dalam hal ini dari pihak Tsingshan untuk ada alternatif untuk ke Halmahera," sambung Orias.
Sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menargetkan kesepakatan antara Tsingshan dan Freeport untuk pembangunan smelter di Weda Bay, Halmahera Tengah dapat tercapai pada akhir Maret ini.
Namun, Orias memastikan per hari ini belum ada keputusan yang diambil. Sementara itu, pembangunan smelter Freeport di Gresik telah menelan investasi hingga US$ 300 juta sejauh ini.
"Namun, keputusan apakah di Gresik atau Halmahera belum diambil, tapi yang pasti di Gresik tetap jalan dan sudah dikeluarkan sekitar USD 300 juta," tegas Orias.
Merujuk pemberitaan Kontan sebelumnya, Jika kesepakatan ini terjalin, smelter tembaga yang akan dibangun di Weda Bay nantinya memiliki kapasitas input konsentrat tembaga yang lebih besar dibandingkan rencana proyek smelter di Gresik. Adapun, kapasitas yang akan dibangun sebanyak 2,4 juta ton dengan biaya sekitar US$ 2,5 miliar.
Sedangkan untuk kapasitas smelter Freeport di Gresik awalnya direncanakan sebesar 2 juta ton dengan investasi sekitar US$ 3 miliar. Namun belakangan, kapasitasnya dipangkas menjadi 1,7 juta ton. Sedangkan 300.000 ton lainnya ditutupi melalui pengembangan smelter tembaga eksisting di PT Smelting.
Selanjutnya: Kinerja solid tahun lalu, begini prospek AKR Corporindo (AKRA) tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News