Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - DENPASAR. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengungkapkan dengan tambahan kapasitas kilang dalam beberapa tahun mendatang maka Indonesia berpotensi menjadi pemasok Liquefied Natural Gas (LNG) dunia.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto bilang Saat ini kapasitas kilang LNG di Indonesia sebesar 16 MTPA yang berasal dari LNG Tangguh 7,6 MTPA dan LNG Bontang 8,6 MTPA.
Baca Juga: Antisipasi virus corona, Elnusa (ELSA) batasi perjalanan ke luar negeri
"Kapasitas kilang LNG akan bertambah sebesar 13,3 MTPA jika proyek train 3 Tangguh dengan kapasitas 3,8 MTPA dan Abadi LNG (Masela Project) sebesar 9,5 MTPA selesai dibangun. Pasar ekspor utama LNG ke China, Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Taiwan yang dipasok dari kilang LNG Badak dan LNG Tangguh," ujar Dwi dalam keterangan resmi, Rabu (4/03).
Dwi menjelaskan, Indonesia telah memainkan perannya di pasar LNG sejak tahun 1977 dengan menjadi salah satu eksportir LNG terbesar di dunia. Seiring dengan penurunan produksi gas dan kebijakan pemerintah untuk memprioritaskan penggunaan gas ke pasar domestik dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan mendukung peningkatan daya saing industri dalam negeri, maka kontribusi Indonesia di pasar LNG dunia terus mengalami penurunan.
Berdasarkan rencana umum energi nasional (RUEN), produksi gas di Indonesia akan terus menurun karena decline rate secara alamiah sebesar 20% per tahun. Sepanjang 2015-2019 SKK Migas mampu mempertahankan produksi migas di atas target RUEN melalui optimalization work program dengan berbagai cara untuk mencapai operational excellence.
Mlalui antara lain Filling The Gap (FTG), Production Enchancement Technology (PET), Management Work Through (MWT), Optimisasi Planned Shutdown dan lainnya maka produksi gas dapat dipertahankan di level yang tinggi pada tahun 2019 mencapai 7.254 MMSCFD dengan lifting sebesar 5.923 MMSCFD.
Baca Juga: Menanti hasil pertemuan OPEC+, harga minyak kembali menguat
"Giant discovery gas di Saka kemang di tahun 2019 serta selesainya revisi POD pengembangan blok Masela di bulan Juli 2019 semakin menambah optimisme akan masa depan industri hulu migas Indonesia dengan gas yang menjadi dominan dibandingkan minyak," terang Dwi.