Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Volume ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) tahun 2010 naik tipis dibandingkan ekspor tahun 2009. Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menunjukkan, volume ekspor CPO di 2010 mencapai 15.656.349 ton, naik 0,8% atau 127.498 ton dibanding ekspor 2009 yang sebesar 15.528.851 ton.
Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan mengatakan, meskipun kenaikan volume ekspor memang rendah tetapi nilai ekspor CPO melonjak tajam. Nilai ekspor CPO dan turunannya tahun lalu melesat 64% dibanding nilai ekspor di 2009. "Nilai ekspor CPO dan produk turunannya naik menjadi US$ 16,4 miliar dari realisasi tahun 2009 yang sebesar US$ 10 miliar," kata Fadhil Hasan, Senin malam (25/1).
Nilai ekspor CPO melonjak tajam berkat lonjakan harga CPO dan produk turunannya yang terjadi sejak kuartal I-2010 dan masih terus berlanjut hingga saat ini. Kemarin (25/11), harga CPO di Bursa Komoditi Malaysia sudah mencapai US$ 1. 216 per ton.
Harga CPO terus menanjak akibat besarnya pemintaan CPO dunia di satu sisi dan berkurangnya pasokan CPO di sisi lain. Harga CPO semakin membubung lantaran produksi minyak kedelai, yang merupakan barang substitusi CPO, juga menurun. "Permintaan minyak sawit global akan naik akibat penurunan produksi minyak kedelai," kata Fadhil.
Beberapa analis CPO dunia memperkirakan kebutuhan minyak sawit dunia akan bertambah 2 juta-3 juta ton tahun ini. Sayangnya, kenaikan permintaan itu tidak disertai dengan suplai CPO yang memedai. Alhasil, harga CPO masih akan bertengger di harga US$ 1.000-1.200 per ton. "Setidaknya harga CPO akan bertahan sampai semester I nanti," jelas Fadhil.
Kenaikan permintaan membuat pemerintah optimistis kinerja ekspor CPO tahun ini akan tumbuh. Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menargetkan, ekspor CPO tahun ini tumbuh 16% dibanding tahun lalu. Optimisme ini mencuat lantaran ada komitmen investasi dari pelaku usaha. "Ada rencana investasi US$ 1,2 miliar tahun 2011," kata Mari beberapa waktu lalu.
Kemendag menargetkan bisa mendapatkan pasar ekspor CPO di luar China, India dan Uni Eropa. Target pasar baru tersebut adalah Timur Tengah dan Eropa Timur.
Dominan sawit mentah
Pemerintah memang menargetkan ekspor produk turunan kelapa sawit juga naik. Namun, realisasinya, ekspor produk turunan kelapa sawit kalah dibanding ekspor produk sawit mentah alias CPO. Volume ekspor CPO tahun lalu mencapai 8.779.940 ton.
(56,2%) sementara ekspor produk turunan kelapa sawit 6.876.405 ton (43,8%).
Melihat kondisi itu, Gapki menilai permintaan pasar masih fokus kepada minyak sawit mentah ketimbang produk turunannya. "Hal ini terlihat dari permintaan India dan Uni Eropa yang menjadi pasar terbesar minyak kelapa sawit mentah dunia," kata Fadhil.
India banyak membutuhkan CPO untuk memenuhi kebutuhan pangan berupa minyak goreng untuk memenuhi kebutuhan lebih dari 1,1 miliar orang penduduknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News