kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nissan tak khawatir insentif pajak LCGC dihapus


Selasa, 23 September 2014 / 11:11 WIB
Nissan tak khawatir insentif pajak LCGC dihapus
ILUSTRASI. Ucapan selamat Hari Nelayan Nasional 2023.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA.  PT Nissan Motor Distributor Indonesia tidak mempersoalkan adanya wacana pemerintahan ke depan, akan menghapus diskon pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) bagi mobil LCGC yang berkisar 0%-75%.

"Semuanya kebijakan pemerintah kami welcome saja. Kami melihat setiap kebijakan pemerintah merupakan hal yang terbaik untuk semuanya," kata Area Manager Sales Department PT Nissan Motor, Indra Yanto di ajang Indonesia International Motor Show (IIMS), JIExpo, Kemayoran, Jakarta Utara, Senin (22/9).

Menurut Indra, jika nantinya pemerintah menghapus diskon pajak PPnBM bagi LCGC, maka produsen mobil pastinya akan menaikan harga jual mobilnya. Akan tetapi, besaran kenaikan tersebut belum bisa dipastikan secara pasti pada saat ini.

"Kira-kira di bawah Rp 30 juta (kenaikannya dari harga sekarang). Angka pastinya saya belum bisa diomongin, belum kami hitung," cetus Indra.

Dia mengaku, produsen mobil LCGC selama ini memang mendapatkan marjin yang rendah dibandingkan mobil lainnya. Di sisi lainnya, respon masyarakat akan mobil murah sangat tinggi.

"Kami melakukan survei dari bulan Mei 2014 sampai sekarang. Sebanyak 40% pembeli mobil LCGC merupakan pengguna baru," ujar Indra.

Adapun mobil LCGC yang diproduksi PT Nissan Motor yakni Datsun Go+Panca yang harganya mulai dari Rp 85 juta hingga Rp 99,5 juta.

Sebelumnya, presiden terpilih Joko Widodo mengisyaratkan bahwa pemerintahan yang akan dinakodainya akan mencabut diskon Pajak PPnBM bagi LCGC.

Insentif ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No 41/2013 tentang PPnBM Kendaraan Bermotor dan LCGC. Jokowi menilai, adanya mobil LCGC membuat kondisi jalanan semakin macet dan menghabiskan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. (Seno Tri Sulistiyono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×