Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Rizki Caturini
TASIKMALAYA. Perusahaan penyedia layanan seluler kian gencar mengadakan program "hijau" alias ramah lingkungan. PT. Bakrie Telecom, Tbk (BTEL), baru-baru ini merilis program pengumpulan ponsel yang sudah tidak terpakai milik para konsumen. Program ini juga meliputi pengumpulan charger, baterai ponsel, cangkang kartu SIM dan kartu perdana bekas maupun kartu isi ulang.
Nanang Handoko, General Manager Civil Mechanical Engineering Bakrie Telecom mengatakan, latar belakang program ini adalah wujud kepedulian perusahaan dalam mengurangi limbah ponsel. Danny bilang, sejak tahun 2005, BTEL setidaknya telah menjual sekitar 600 juta handset.
Banyak dari jumlah itu yang sudah tidak digunakan oleh para penggunanya. Handset yang tidak terpakai itu bisa berbahaya dan beracun bagi manusia jika tidak ditangani dengan benar, karena mengandung material berbahaya. "Daripada membahayakan konsumen, lebih baik kami kumpulkan lagi untuk didaur ulang," ujar Nanang, kemarin.
Muhammad Danny Buldansyah, Wakil Direktur Utama BTEL, menambahkan program ini tidak sebatas aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan, tapi terobosan bisnis yang memiliki target yang jelas dan terukur. BTEL sudah menargetkan akan mendaur ulang (recycle) sekitar 75% dari limbah elektronik yang dihasilkan jaringan dan IT selama tahun 2011. "Untuk handset sendiri kami punya target dapat mengumpulkan 50.000 handset bekas untuk didaur ulang hingga akhir 2012 nanti," jelas Danny.
Konsumen yang menyerahkan handset bekas akan mendapat keuntungan berupa diskon hingga Rp 50.000 untuk pembelian ponsel Esia & USB Modem AHA. Sayangnya, program ini baru dilakukan di 8 gerai Esia di Jakarta dan Bogor.
BTEL juga melakukan program penghematan kertas dengan jalan mengecilkan ukuran voucher yang diproduksinya. Danny bilang, selama tahun 2009-2010, BTEL menggunakan sebanyak 4,3 juta lembar kertas guna memproduksi ratusan voucher berukuran 8,5 X 11,5 cm. Namun, sejak November 2010, BTEL mengecilkan ukuran voucher menjadi hanya 5 X 6 cm. "Ini bisa menghemat penggunaan kertas voucher hingga 1 juta lembar," jelas Danny.
Program ramah lingkungan seperti ini sudah dilakukan juga oleh Nokia. Produsen ponsel terkemuka asal Finlandia ini sudah mengumpulkan ponsel bekas dari masyarakat sejak tahun 2009 melalu program "Nokia Give and Grow".
Regina Hutama Poli, Manajer Komunikasi Perusahaan Nokia Indonesia, pernah bilang, untuk menjalankan program ini, Nokia sudah membuat kotak penyimpanan (drop box) di 95 customer care di seluruh Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News